Selasa, 30 Desember 2008

PENGELOLAAN SEKOLAH QUANTUM LEARNING

PENGELOLAAN SEKOLAH PENYELENGGARA

QUANTUM LEARNING YANG EFEKTIF

A. Pengertian dan Pengelolaan Sekolah Efefktif

1. Pengertian dan Pengelolaan Sekolah Efefktif

Kata pengelolaan memiliki makna yang kurang lebih sama dengan makna manajemen, yakni pengurusan, pengaturan, atau pemanfaatan. Oleh karena itu, Kustila mengatakan bahwa manajemen sekolah merupakan proses pemanfaatan seluruh sumber daya sekolah yang dilakukan melalui tindakan yang rasional dan sistematik (mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengerahan tindakan, dan pengendalian) untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien.[1]

Pengelolaan sekolah dipandang sebagai usaha pimpinan sekolah dalam memanfaatkan seluruh sumberdaya sekolah untuk mencapai tujuan yang dilakukan melalui tindakan yang rasional dan sistematik; mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengerahan tindakan, dan pengendalian untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kunci utama keberhasilan peningkatan mutu sekolah adalah pengelolaan sekolah. Oleh karena itu, sesuai dengan bahasan dalam penelitian ini, penulis akan menguraikan lebih lanjut mengenai pengelolaan sekolah efektif, sebagai berikut.

Dalam manejemen mutu, pengelola sekolah harus mampu mengantisipasi berbagai perubahan karena mutu pendidikan bersifat dinamis, berdimensi waktu dan tempat. Setiap pengelola sekolah harus mampu secara optimal menerapkan mutu ke dalam berbagai fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.[2] Dalam waktu dan tempat yang berbeda pengelola harus dapat menerapkan fungsi manajemen yang dimaksud meskipun jumlah sasaran dan volume kerja sangat berbeda antarsekolah. Dengan demikian diharapkan manajemen mutu dilakukan secara berkelanjutan dan merupakan siklus tahunan yang berangkat dari target yang telah ditetapkan pada awal tahun ajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi yang hasilnya menjadi masukan bagi target (sasaran) mutu untuk tahun berikutnya.

Sekolah sebagai tempat belajar memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pengalaman belajar yang bermutu bagi peserta didiknya. Hal ini merupakan misi atau tugas pokok sekolah, yang sepatutnya menjadi dasar bagi analisis kinerja sekolah yang efektif. Karena sekolah merupakan lembaga pendidikan formal, maka pengertian sekolah efektif sama dengan pendidikan efektif. Manajemen sekolah merupakan faktor penentu tercapainya pendidikan efektif.

Makna efektif menunjukkan kondisi sesuatu setelah terkena perlakuan atau menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Oleh karena itu, sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki sistem pengelolaan yang baik, transparan dan akuntabel, serta mampu memberdayakan setiap komponen penting sekolah, baik secara internal maupun eksternal, dalam rangka pencapaian visi-misi-tujuan sekolah secara efektif dan efesien.[3] Bagi sekolah yang efektif, kinerja masing-masing faktor, yang tidak lain adalah komponen sekolah, secara terus-menerus dipantau, baik oleh pelaku yang aktif di dalam sekolah, yaitu kepala sekolah, guru dan staf administrasi, maupun pihak luar khususnya orang tua yang telah mempercayakan anak-anak mereka kepada sekolah. Sehingga pengeolaan sekolah efektif dapat diartikan sebagai proses mengelola sekolah melalui sistem yang baik agar mencapai taraf mampu dalam mencapai tujuan secara optimal. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sudarwan menyatakan bahwa sekolah efektif adalah sekolah yang bekerja sama atau ber-partner dengan masyarakat dan pihak lain untuk mendukung siswa dan keluarganya.[4] Dalam bagian lain dikatakan pula bahwa sekolah efektif adalah sekolah yang mendorong aktivitas, pemahaman multibudaya, kesetaraan gender, dan mengembangkan secara tepat pembelajaran menurut standar potensi yang dimiliki oleh para pelajar.[5]

Dari pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sekolah yang efektif adalah sekolah yang sudah berada dalam suatu taraf mampu mencapai tujuan secara optimal melalui sistem pengelolaan yang lebih baik dalam memberdayakan setiap komponen penting sekolah sehingga menghasilkan lulusan atau siswa yang berkualitas. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah menjadi sekolah efektif, semua unsur yang terkait dengan kinerja sekolah harus bersinergi untuk mewujudkan pencapaian tujuan. Sekolah tidak lagi selalu menunggu perintah tetapi bersifat proaktif menentukan sendiri “nasib” yang dikehendaki.

2. Pengelolaan Sekolah yang Efektif

Manajemen atau pengelolaan sekolah adalah proses koordinasi yang terus menerus dilakukan oleh seluruh anggota organisasi untuk menggunakan seluruh sumber daya dalam upaya memenuhi tugas organisasi yang dilakukan dengan efisien untuk mencapai peforma terbaik dari sekolah. Keefektifan pengelolaan sekolah dinilai dari bagaimana sekolah tersebut mampu mempergunakan sumber daya sekolah dalam rangka pencapaian tujuan.

Pengelolaan sekolah yang efektif memiliki karakteristik-­karakteristik kunci sebagai berikut : (1) kepemimpinan profesional, (2) visi dan tujuan bersama, (3) suatu lingkungan pembelajaran, (4) konsentrasi pada belajar dan mengajar, (5) harapan tinggi, (6) dorongan yang positif, (7) memonitor kemajuan, (8) hak dan kewajiban murid, (9) pengajaran bertujuan, (10) suatu organisasi pembelajaran, dan (11) kemitraan sekolah - rumah.[6] Sejalan dengan hal tersebut, Siradjuddin mengatakan bahwa beberpa ciri penglolaan sekolah efektif antara lain: (a) adanya standar harapan yang tinggi; (b) menciptakan keamanan dan keteraturan lingkungan belajar; (c) Merumuskan tujuan yang jelas (Visi dan Misi) yang dijabarkan ke dalam program tahunan (RAPBS) sehingga fokus pencapaiannya jelas; (d) Kepemimpian yang kuat dan dinamis; (e) Memonitor kemajuan siswa secara terus menerus, dan (f) Pengembangan guru dan staf dalam kaitan itu pengmbangan mutu guru dan staf di samping melalui pelatihan antara penataran, juga di upayakan dengan kunjungan studi banding, lokakarya, maupun seminar.[7]

Sedangkan menurut Udin Syamsudin Sa'ud, sekolah efektif mempunyai ciri-­ciri : (1) Sekolah memiliki visi, misi dan target mutu yang harus dicapai sesuai dengan standar yang ditetapkan secara lokal maupun global; (2) Sekolah memiliki mutu output pendidikan (akademik maupun nonakademik) yang selalu meningkat setiap tahun; (3) Lingkungan sekolah yang aman, tertib dan menyenangkan anak; (4) Seluruh personil sekolah (Kepala Sekolah, guru, staf, nonguru, siswa) memiliki visi, misi, dan harapan yang tinggi untuk berprestasi secara optimal; (5) Sekolah memiliki dan melaksanakan program­-program pengembangan staf yang kontinyu sesuai dengan perkembangan iptek; (6) Sekolah memiliki sistim evaluasi yang kontinyu dan komprehensif terhadap berbagai aspek akademik dan non akademik bagi kepentingan peningkatan mutu sekolah dan mutu belajar siswa; (7) Sekolah memiliki dukungan dan partisipasi yang intensif dari masyarakat dan orang tua siswa.[8]

Pendapat lain dikemukakan oleh Rahman bahwa ciri-ciri sekolah efektif adalah sebagai berikut: (1) tujuan sekolah dinyatakan secara jelas dan spesifik, (2) pelaksanaan kepemimpinan yang kuat, (3) ekspektasi guru dan staf tinggi, (4) ada kemitraan antarsekolah, (5) adanya iklim positif dan kondusif bagi siswa untuk belajar, (6) kemajuan siswa sering dimonitor, (7) menekankan pada keberhasilan siswa, dan (8) memiliki komitmen tinggi SDM sekolah terhadap program pendidikan.[9]

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa indikator pengelolaan sekolah yang efektif agar sekolah dapat menunjukan tingkat kinerjanya, meliputi : (1) layanan belajar bagi siswa, (2) pengelolaan dan layanan siswa, (3) sarana dan prasarana, (4) program dan pembiayaan, (5) partisipasi masyarakat, dan (6) budaya sekolah.

Sehubungan dengan kedudukan pengelolaan yang sangat penting maka komponen pengelolaan dalam mendudukkan dengan komonen-komponen lain dirinci menjadi tiga bagian penting sehingga semua kompnen dan indikator sekolah efektif terjabarkan sebagi berikut.[10]

1. Komponen Pengembangan Sekolah ( school develompent )

a. Rencana pengembangan sekolah yang sedang berlaku

b. Proses perencanaan

c. Pernyataan visi dan misi oleh kepala sekolah

d. Manajemen sekolah dan pelaksanaanya

2. Komponen Kepemimpinan ( leadership )

a. Keterampilan profesional

b. Keterampilan interpersonal

c. Keterampilan kepemimpinan

3. Komponen Komunikasi dan Pengambilan Keputusan ( communication and decision making )

a. Komunikasi : struktur dan proses

b. Pengambilan keputusan : struktur dan proses

4. Komponen Manajemen Personil ( personnel management )

a. Kebijakan personil dan praktik pelaksanaannya

b. Perencanaan, pengembangan dan peningkatan mutu personil

c. Kesehatan lingkungan kerja

5. Komponen manajemen kesiswaan (student focused program and management)

a. Moral peserta didik

b. Kesejahteraan siswa

c. Penilaian, pencapaian dan pengenalan siswa

d. Kemampuan terpendam dan penampilannya

6. Komponen kurikulum (curriculum management)

a. Relevansi bahan/materi pembelajaran

b. Pengelolaan sumber bahan

c. Pengelolaan proses pembelajaran

d. Proses penilikan dan pengumpulan balikan

e. Program remediasi dan pengayaan

7. Komponen sumber (resource mangement)

a. Manajemen biaya

b. Tanah, sarana dan peralatan

c. Sumber dari luar sekolah

8. Komponen orag tua dan masyarakat (parents and community)

a. Keterlibatan dan partisipasi

b. Pasangan (mitra bestari) dalam pembelajaran

9. Komponen evaluasi dan penilkan ulang (evaluation and review)

a. Penilikan sekolah secara menyeluruh

b. Evaluasi program/evaluasi kurikulum

c. Penilaian tergadap siwa

d. Staf pengawas dan pihak pendukung

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sekolah efektif adalah kemampuan sekolah dalam mengkoordinasikan berbagai komponen dan segenap sumber daya sekolah secara efektif dan mencapai tujuan sekolah secara optimal melelui proses perencanaan, pengorganisasian, penegarahan, dan pengwasan terhadap peneyelenggaraan pembelajaran di sekolah sehingga menghasilkan lulusan atau siswa yang berkualitas. Selain itu dapat disimpulkan pula bahwa indikator pengelolaan sekolah yang efektif agar sekolah dapat menunjukan tingkat kinerjanya, meliputi : (1) layanan belajar bagi siswa, (2) pengelolaan dan layanan siswa, (3) sarana dan prasarana, (4) program dan pembiayaan, (5) partisipasi masyarakat, dan (6) budaya sekolah.

Mengenai perencanaan, pengorganisasian, penegarahan, dan pengawasan terhadap peneyelenggaraan sekolah yang efektif, penulis uraikan di bawah ini.

a. Perencanaan dalam Mewujudkan Sekolah Efektif

Sebelum kegiatan perencanaan dimulai selalu diawali dengan praperencanaan. Berbagai ahli juga memandang penting praperecanan sebelum perencanaan kegiatan dirumuskan. Praperencanaan berawal dari prolog dengan mengetengahkan keitan seperti analisis pihak berkepentingan, perumusan visi dan tujuan, perumusan bidang hasil pokok. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis posisi pendidikan yang harus dilihat faktor eksternal dan faktor internalnya. Dari analisis ini dilihat pula kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman.[11]

Aspek yang terpenting dalam praperencanaan antara lain visi, misi, dan tujuan. Visi merupkan daya pandangan yang jauh mendalam dan luas yang merupakan daya pikir yang abstrak yang memilki kekuatan amat dashyat dan dapat menerobos segala – batas fisik, waktu dan tempat. Karena visi itu merupakan kunci energi manusia, kunci atribut pemimpin dan pembuat kebijakan.[12] Visi merupakan gambaran nalar seseorang manager organisasi tentang masa depan yang perlu diwujudkan oleh organisasi, area baru bagi kiprah organisasi atau wujud baru bagi organisasi mereka.[13]

Visi ini berperan guna menggugah semangat juang para anggota organisasi, dan akan menunjuk acuan dasar bagi arah perkembangan organisasi. Visi merupakan suatu citra tentang masa depan yang diinginkan. Visi yang sangat nyata tidak abstrak dan akan menunjukan kepada semua anggota orgnisasi mengenai arah kemana organisasi akan pergi pada masa yang akan datang. Karena itu visi akan membantu organisasi dalam menentukan misi dan tujuannya.

Untuk semua anggota organisasi, visi itu akan menjadi tanggung jawab mereka untuk mewujudkannya, serta akan tertanam pula kesadaran pada diri semua orang untuk berpikir dan beprilaku sesuai dengan visi yang telah digariskan.. Visi selain penting bagi organisasi yang bersangkutan juga penting bagi masyarakat agar memilki citra yang baik mengenai organisasi yang bersagkutan sebagai pemberi jasa atau produk bagi mereka.

Antara visi dan misi selalu merupakan sistem yang berhubungan satu sama lainnya. Misi merupakan suatu bentuk penyataan umum tapi bersifat lestari oleh menejemen puncak yang mengandung niat organisasi yang bersangkutan. Misi hendaknya dinyatakan secara implisit yang memerlukan waktu, kejernihan cara berpikir dilakukan oleh tuntutan dalam organisasi.[14] Misi berarrti purpose atau maksud sebagai alasan mengapa suatu orgnisasi harus dibentuk, menunjuk pula mengapa kerjasama harus dilakukan.[15]

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa visi adalah pandangan ke depan atau cita – cita realistik yang akan dicapai oleh organisasi tertentu yang akan menjadi acuan dasar dalam menentukan misi dan tujuan organisasi. Sedangkan misi adalah bentuk nyata berupa pernyataan – pernyataan umum yang keberadaanya menjadi tuntutan dalam rangka pencapaian visi organisasi.

Setelah merumuskan visi dan misi dalam praperencanaan selanjutnya barulah dirumuskan perencanaan. Dari berbagai fungsi manajemen kegiatan perencanaan merupakan kegiatan yang sangat penting sebelum melakukan langkah selanjutnya yaitu pengarahan dan pengawasan. Perencanaan merupakan penentuan suatu tindakan sebelum tindakan itu dilakaukan.

Menurut Fattah perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan seefesiaen dan seefektif mungkin.[16]. Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan, yaitu : (1) perumusan tujuan yang ingin dicapai, (2) pemilihan program untuk mencapai tujuan itu, dan (3) identifikasi dan pengarahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas.[17]

Definisi lain tentang perencanaan adalah proses yang mencakup mendefiisikan sasaran organsasi, menetapkan strategi menyeluruh untuk mencapai sasaran itu dan menyusun serangkaian rencana yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan pekerjaan organisasi.[18] Perencanaan menghasilkan usaha yang terkoordinasi yang memberi arah kepada pengambil keputusan sehinggga dapat mengurangi dampak negatif yan dapat ditimbulkan dan dapat dijadikan standar dalam pengendalian. Perencanaan dapat pula diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keuputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.[19].

Jadi perencanaan adalah serangkaian kegiatan pembuatan kebijakan untuk mengendalikan masa depan. Dengan adanya perencanaan, para pengambil keputusan dapat mengurangi ketidakpastian masa depan, mengantisipasi perubahan, mempertimbangkan dampak perubahan, dan menyusun perubahan yang tepat.

Proses dan tahap perencanaan [20] adalah sebagai berikut:

a. Need assessment ; kajian terhadap kebutuhan yang mencakup berbagai aspek pembangunan pendidikan yang telah dilaksanakan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan menganalisis sumber-sumber yan telah dan perlu disediakan serta harapan yang dicita- citakan masyarakat.

b. Formulation of Goals an Objective; perumusan tujuan dan sasaran perencanan yang merupakan arah perencanaan serta merupakan penjabaran operasional dari aspirasi filosofis masyarakat.

c. Policy and Priority Setting; penentuan dan penggarisan kebijakan dan prioritas dalam perencanaan pendidikan.

d. Program and Project Formulation; rumusan program dan proyek kegiatan yang merupakan komponen operasional perencanaan pendidikan.

e. Feasibility Testing; dengan melalui alokasi sumber-sumber yang tersedia dalam hal ini terutama sumber dana. Biaya suatu rencana yang disusun secara logis dan akurat serta cermat merupakan petunjuk tingkat kelayakan rencana.

f. Plan Implementation; pelaksanaan rencana untuk mewujudkan rencana yang tertulis ke dalam pembuatan atau action.

g. Evaluation and Revision for Future Plan; kegiatan untuk menilai tingkat keberhasilan pelakasanaan rencana yang merupakan feedbeck untuk merevisi dan mengadakan penyesuaian rencana untuk priode rencana berikutnya

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan dua hal, pertama bahwa perencanaan pendidikan merupakan hal yang sangat penting sebab dapat memberikan kejelasan arah dalam usaha proses penyelenggaraan pendidikan sehingga pendidikan akan dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien . Kedua, perencanaan merupakan rangkaian tindakan untuk kedepan yang bertujuan untuk mencapai seperangkat operasi yang konsisten dan terkoordinasi guna memperoleh hasil – hasil yang diinginkan.

b. Pengorganisasian dalam Upaya Mewujudkan Sekolah Efektif

Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama, organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintah. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara para anggota, sehingga tujuan organisasi ini dapat tercapai secara efektif.

Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi.

Proses pengorganisasian, meliputi lima tahap berikut (1) pemerincian pekerjaan, (2) pembagian kerja, (3) penyatuan pekerjaan, (4) koordinasi pekerjaan, dan tahap (5) monitoring dan reorganisasi. Karena pengorganisasian merupakan suatu proses berkelanjutan, maka diperlukan penilaian ulang terhadap keempat langkah sebelumnya secara terprogram atau berkala, untuk menjamin konsistensi, keeefektifan, dan efsiensi dalam memenuhi kebutuhan. [21]

Berdasarkan uraian-urain di atas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian sangat menentukan keberhasilan pencapaian suatu program. Melaui pengorganisasian yang efektif, proses pencapaian tujuan akan semakin efektif karna setiap personal ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan keahliannya, setiap komponen dalam sistem memiliki kejelasan tugas dan pekerjaan sehingga tidak akan terjadi overlaping pekerjaan. Selain itu, dengan pengorganisasian yang baik alur tugas dan koordinasi setiap personal dalam sistem akan tergambar dengan jelas. Melalui pengorganisasian yang baik, akan diperoleh feed back yang baik pula mengenai konsistensi, keefektifan, dan efesiensi organisasi dalam rangka pencapaian tujuan, sehingga sangat memungkinkan segera dilakukannya reorganisasi jika ada komponen organisasi atau personal yang tidak dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik.

c. Pengawasan Dalam Upaya Mewujudkan Sekolah Efektif

Pasa dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan suatu kesatuan tindakan, walaupun hal ini yang terjadi. Oleh karena itu, pengawasaan diperlukan untuk melihat sejauh mana hasil tercapai. Pangawasan adalah kegiatan mengukur tingkat keefektifan kerja personal dan tingkat efesiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan. Untuk itu diperlukan kegiatan pengamatan baik langsung maupun tidak langsung terhadap berbagai aspek atau kegiatan dalam proses pencapaian tujuan.[22]

Pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensil tetap diperlukan bagai manapun rumit dan luasnya suatu organisasi. Proses dasar pegawasan terdiri dari tiga tahap, yaitu (1) menetapkan standar pelaksanaan, (2) pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar, dan (3) menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.[23] Makna yang terpenting dari pengawasan itu adalah memberikan arahan dan penilaian terhadap pekerjaan. Artinya menilai tingkat keefektifan pekerjaan dan efisiensi pemakaian sumber daya organisasi tertentu yang dilakukan setiap personal.

Hal yang terpenting dalam melaksanakan pengawasan adalah; (1) Kejelasan rencana pengawasan; (2) Target waktu yang menentukan batas penyalesaian suatu tugas; (3) Dukungan dana; (4) Dukungan sarana dan prasarana kerja; (5) Sifat dan bentuk penyelia dari atasan langsung; (6) Standar mutu hasil pekerjaan; dan (7) Tingkat toleransi terhadap deviasi yang masih dapat diterima.[24]

Untuk mewujudkan pengawasan yang efektif itu diperlukan kemampuan profesional petugas di lapangan. Aplikasi fungsi pengawasan harus dibarengi dengan keefektifan pelaksanaan fungsi menejemen lainnya. Tekanan fungsi pengawasan adalah pada jaminan pencegahan yang diperlukan untuk meredam berbagai kemungkinan terjadinya deviasi yang dapat diambil sebagai tindak penyelamatan sendini mungkin.

Berdasarkan uraian diatas maka jelas bahwa dengan pengawasan akan lebih menjamin tindakan-tindakan pencegahan terjadinya kesenjangan. Demikian juga pengawasan bermanfaat sebagai instrumen utama untuk menentukan bentuk imbalan dan penghargaan bagi mereka yang menampilkan prilaku positif dan kinerja yang memuaskan. Pengawasan yang efektif dapat diartikan sebagai langkah-langkah pengawasan yang tepat dan dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi. Bahan evaluasi tersebut antara lain pemeriksaan, pengecekan, dan pengumpulan informasi-informasi untuk diolah dan diinterprestasikan berdasarkan perbandingan dengan mengacu kepada tujuan yang hendak dicapai sebagai standar keberhasilan.

B. Quantum Learning

1. Pengertian Quantum Learning

Quantum Learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan.[25] Namun, Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas.

Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning berasal dari upaya Dr. Goergi Lazanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai suggestology atau suggestopedia.[26] Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestology adalah ”pemercepatan belajar” (accelerated learning). Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai sebuah proses yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dalam suasana yang menyenangkan.[27] Pemercepatan belajar dapat dilakukan dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian, dan keterlibatan aktif.[28]

Selanjutnya DePorter mengatakan bahwa dalam pembelajaran Quantum Learning ada 4 ciri spesifik yang berguna untuk meningkatkan otak untuk memahami suatu informasi yang diberikan. Ciri–ciri tersebut adalah: (1) Learning To Know yang artinya belajar untuk mengetahui; (2) Learning To Do yang artinya belajar untuk melakukan; (3) Learning To Be yang artinya belajar untuk menjadi dirinya sendiri; (4) Learning To Live Together yang artinya belajar untuk kebersamaan.[29] Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan

Adapun teori dan strategi belajar yang membentuk Quantum Learning atau pembelajaran kuantum antara lain: (a) teori otak kiri dan kanan, (b) teori otak triune, (c) modalitas belajar, (d) teori kecerdasan ganda, (e) pendidikan holistik, (f) belajar berdasarkan pengalaman, (g) belajar dengan simbol, dan (h) belajar melalui simulasi atau permainan. Meskipun Quantum Learning berakar pada berbagai teori dan metode belajar, namun menurut Bobbi DePorter akar utamanya adalah suggestology atau sugestopedia, pemercepatan belajar (Acclerated Learning), dan NLP (Neuro Linguistik Program).[30]

Prinsip dasar sugestologi dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif atau negatif. Sedangkan pemercepatan belajar dapat diartikan bahwa siswa dapat belajar dengan kecepatan yang mengesankan dengan upaya yang normal dan dibarengi kegembiraan. Adapun Neuro Linguistic Program (NLP) adalah pendekatan mengenai bagaimana merangsang fungsi otak secara efektif dengan menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan yang positif.[31] Dengan demikian hasil belajar yang dicapai siswa akan baik jika lingkungan, proses, dan sumber-sumber belajar memberikan sugesti positif pada siswa, demikian pula sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Quantum Learning merupakan seperangkat metode atau falsafah pembelajaran yang didasarkan pada berbagai teori dan strategi belajar yang dapat menghasilkan kualitas pembelajaran yang tinggi dalam waktu yang relatif cepat dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa menjadi responsif dan bergairah dalam belajar. Selain itu, agar terjadi belajar kuantum, ciptakanlah lingkungan belajar yang terbaik bagi siswa sehingga dapat menumbuhkan pikiran dan sikap positif.

2. Prinsip Dasar Quantum Learning

Quantum Learning merupakan metode pembelajaran yang menggunakan metodologi berdasarkan teori-teori pendidikan seperti: Accelerated Learning (Lazanov), Multiple Intelligences (Gardner), Neuro Linguistic Program atau NLP (Grinder & Bandler) Experiental Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson & Johnson), Element of Effective Instruction (Hunter) menjadi sebuah paket multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan cara bekerja otak yang mampu meningkatkan kemampuan dan kecepatan belajar.

Adapun mengenai prinsip dasar pembelajaran dan penyelenggaraan Quantum Learning, penulis uraikan sebagai berikut. Prinsip dapat berarti (1) aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau dikenal, dan (2) sebuah hukum, aksioma, atau doktrin. Pembelajaran kuantum juga dibangun di atas aturan aksi, hukum, aksioma, dan atau dokrin fundamental mengenai pembelajaran dan pembelajar. Setidak-tidaknya ada tiga macam prinsip utama yang membangun sosok pembelajaran kuantum.[32] Ketiga prinsip utama yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Prinsip utama pembelajaran kuntum berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (siswa) ke dalam Dunia Kita (guru) dan Antarkan Dunia Kita (guru) ke dalam Dunia Mereka (siswa). Setiap bentuk interaksi dengan siswa, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun di atas prinsip utama tersebut. Prinsip tersebut menuntut guru untuk memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama pembelajaran selain juga mengharuskan guru untuk membangun jembatan otentik memasuki kehidupan siswa. Untuk itu, guru dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa sebagai titik tolaknya. Dengan jalan ini guru akan mudah dalam memimpin, mendampingi, dan memudahkan siswa menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, maka baik siswa maupun guru akan memperoleh pemahaman baru.

2) Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni. Selain memiliki lagu dan partitur, pemain simfoni ini memiliki struktur dasar chord. Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran kuantum. Adapun prinsip-prinsip dasar kuantum adalah sebagai berikut:

a. Ketahuilah bahwa Segalanya Berbicara

Dalam pembelajaran kuantum, segala sesuatu mulai dari lingkungan pembelajaran, bahasa tubuh guru, sikap guru, penataan ruang, sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.

b. Ketahuilah bahwa Segalanya Bertujuan

Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak bertujuan. Baik siswa maupun guru harus menyadari bahwa segala sesuatu yang dilakukan harus bertujuan.

c. Sadarilah bahwa Pengalaman Mendahului Penamaan

Proses pembelajaran paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama dari sesuatu yang mereka pelajari. Dikatakan demikian, karena otak manusia berkembang pesat dengan adanya stimulan yang kompleks, yang selanjutnya akan menggerakkan rasa ingin tahu.

d. Akuilah Setiap Usaha yang Dilakukan dalam Pembelajaran

Pembelajaran atau belajar selalu mengandung risiko besar karena pembelajaran berarti melangkah keluar dari kenyamanan dan kemapanan, di samping berarti membongkar pengetahuan sebelumnya. Pada waktu siswa melangkah keluar, mereka harus mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Bahkan sekalipun mereka berbuat kesalahan, perlu diberi pengakuan atas usaha yang telah mereka lakukan.

e. Sadarilah bahwa Sesuatu yang Layak Dipelajari Layak Pula Dirayakan

Segala sesuatu yang layak dipelajari oleh siswa sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya. Perayaan atas apa yang telah dipelajari dapat memberikan balikan mengenai kemajuan dan dapat meningkatkan asosiasi emosi positif dalam pembelajaran.

3) Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak pada terbentuknya keunggulan. Dengan kata lain, pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukkan keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung pembelajaran kuantum.

Prinsip paling dasar Quantum Learning adalah bahwa kekuatan pikiran sesorang “tidak terbatas”. [33] Quantum Learning berupaya memaksimalkan penggunaan otak manusia dengan cara menyeimbangkan kemampuan masing-masing komponen dan bagian otak melalui berbagai aktivitas belajar.

Otak mempunyai tiga bagian dasar: batang otak, sistem limbik, dan neokorteks.[34] Masing-masing berkembang pada waktu yang berbeda dan masing-masing bagian memiliki struktur saraf tertentu. Batang otak berfungsi mengontrol fungsi motor sensorik, pengalaman tentang realitas fisik yang berasal dari panca indra. Sistem limbik fungsinya bersifat emosional dan kognitif. Neokorteks atau berpikir menjalankan fungsi kecerdasan manusia. Pada dasarnya semua bentuk kecerdasan sudah ada dalam otak manusia sejak lahir dan tidak hanya kecerdasan intelektual saja, melainkan ada delapan kecerdasan yaitu kecerdasan linguistik, matematika, visual/sosial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, dan kecerdasan naturalis. [35]

Tiga bagian otak tersebut di atas juga dibagi menjadi belahan otak kanan dan kiri yang masing-masing memiliki spesialisasi relatif berbeda. Proses berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Sedangkan otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional. [36] Dengan memaksimalkan dan menyeimbangkan kemampuan otak kanan dan kiri, setiap orang sesungguhnya memiliki kemampuan yang sama untuk mencapai keberhasilan.

Motivasi kuat otak kanan yang ditopang oleh penggunaan kecerdasan secara maksimal otak kiri akan menciptakan manusia yang hebat. Keberhasilan yang telah dicapai oleh tokoh tertentu tanpa disadari adalah karena manusia mampu menggunakan kecerdasan otak kanan dan kiri secara sempurna. Banyak orang meniru motivasi serta cara berpikir dan bertindak orang-orang sukses. Ternyata banyak pula diantara mereka yang meniru, akhirnya berhasil. Bertolak dari kenyataan itu maka perlu dikembangkan belajar aktif. Dalam arti, orang harus mampu belajar mengenai mengenai apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang dipelajari agar mendatangkan manfaat baginya dan mengupayakan agar segalanya terlaksana.

Selain prinsip-prinsip tersebut, ada pula prinsip lain yang harus diperhatikan, yaitu pertama menciptakan lingkungan belajar yang tepat, menciptakan suasana belajar yang santai, menciptakan alat bantu (musik), menggunakan pengingat visual seperti menempel foto saat-saat sukses, dan interaksi dengan lingkungan belajar agar siswa semakin terampil mengatasi situasi-situasi yang menantang. Kedua, memupuk sikap juara. Artinya, berusaha memahami dan membangun sikap bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda agar siswa memiliki motivasi yang kuat dalam mengatasi rintangan dengan membekali diri dengan pesan-pesan yang positif, dan mengendalikan kerangka pikiran dengan mengendalikan ekspresi tubuh dan wajah. Ketiga, menemukan gaya belajar yang tepat, yakni mengenali dan menemukan cara yang memungkinkan dapat menyerap informasi dengan mudah untuk selanjutnya mengatur dan mengolah informasi tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa setiap orang memiliki gaya, pola, dan cara belajar yang berbeda. Untuk mengetahui seseorang masuk golongan yang sama, ada model yang dikembangkan Anthoni Gregori, yaitu dengan menjawab serangkaian tes. Dari tes tersebut akan diketahui cara berpikir seseorang, apakah Sekuensial Kongkret, Sekuensial Abstrak, Acak Abstrak, atau Acak Kongkret.[37]

Pemikir Sekuensial Kongkret (SK) memperhatikan dan mengingat detail dengan lebih mudah, mengatur tugas dalam proses tahap demi tahap, dan berusaha mencapai kesempurnaan.[38] Adapun kiat-kiat bagi pemikir Sekuensial Kongkret antara lain: (a) Bangunlah kekuatan organisasi, (b) cari tahu yang diperlukan, (c) bagilah proyek ke dalam beberapa tahapan, dan (d) tatalah lingkungan kerja yang tenang.

Pemikir Acak Kongkret (AK) berpegang pada realitas dan mempunyai sikap ingin mencoba. [39] Pemikir Acak kongkret ini mempunyai dorongan kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan segala sesuatu dengan caranya sendiri. Kiat-kiat jitu bagi pemikir Acak Kongkret antara lain: (a) gunakan kemampuan divergen, (b) siapkan diri untuk memecahkan masalah, (c) cermati waktu, (d) terimalah kebutuhan untuk berubah, dan (e) carilah dukungan.

Pemikir Acak Abstrak (AA) mengatur informasi melalui refleksi dan berkiprah di dalam lingkungan tidak teratur yang berorientasi kepada orang.[40] Pemikir Acak Abstrak ini menyerap ide-ide, informasi, dan kesan dan mengaturnya dengan refleksi. Kiat-kiat jitu bagi pemikir Acak Abstrak antara lain: (a) gunakanlah kemampuan alamiah untuk bekerja sama dengan orang lain, (b) ketahuilah betapa kuat emosi mempengaruhi konsentrasi, (c) bangunlah kekuatan belajar dengan bersosialisasi, (d) lihatlah gambaran besar, (e) waspadalah terhadap waktu, dan (f) gunakan isyarat-isyarat visual.

Pemikir Sekuensial Abstrak (SA) berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi.[41] Para pemikir Sekuensial Abstrak merupakan para filosof dan ilmuwan peneliti ternama. Proses berpikir pemikir Sekuensial Abstrak, logis, rasional, dan intelektual. Kiat-kiat jitu bagi pemikir Sekuensial Abstrak antara lain: (a) latihan logika, (b) suburkan kecerdasan, (c) upayakan keteraturan, dan (d) analisislah orang-orang yang berhubungan.

Pada prinsipnya model pembelajaran kuantum (Quantum Learning) merupakan suatu model pembelajaran yang berusaha mengoptimalkan kemampuan otak manusia dengan cara menciptakan keseimbangan otak kiri dan kanan. Seseorang akan menjadi orang yang hebat jika dapat mengoptimalkan kemampuan otaknya. Model kuantum berkeyakinan bahwa otak manusia memiliki kemampuan yang tak terbatas. Oleh karena itu, melalui model kuantum dikembangkan berbagai kecerdasan yang sebenarnya sudah dimiliki manusia. Selain mengoptimalkan otak, Quantum Learning sangat memperhatikan lingkungan dan selalu memanfaatkan selah untuk selalu memberikan motivasi.

3. Penerapan (Aplikasi) Quantum Learning

Prinsip-prinsip Quantum Learning di atas pada hakikatnya berfungsi untuk mengubah paradigma seseorang agar lebih memiliki semangat atau motivasi dan memiliki cara-cara baru dalam belajar. Hal tersebut perlu ditindaklanjuti dengan pemahaman terhadap teknis penerapan Quantum Learning sebagaimana diuraikan di bawah ini.

Pertama, Teknik Mencatat Tingkat Tinggi. Salah satu teknik mencatat adalah dengan membuat peta pikiran. Peta pikiran menggunakan pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola mengenai ide-ide yang berkaitan.[42] Hal ini seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan dapat memicu ingatan yang mudah.

Kedua, Menulis dengan Penuh Percaya Diri. Menulis adlah aktivitas seluruh otak yang menggunakan kemampuan otak kanan dan kiri.[43] Oleh karena itu, aktivitas menulis harus dilaksanakan dengan penuh gairah dan kegembiraan. Dalam penulisan ada dua hal penting yang ditawarkan oleh pembelajaran kuantum, yaitu proses pengelompokkan gagasan (clustering). Dan penulisan secara cepat. Pengelompokkan gagasan merupakan suatu cara memilih gagasan-gagasan dan menuangkannya ke atas kertas secepatnya. Sedangkan penulisan secara cepat merupakan proses penulisan hanya kata kunci (key word) yang mudah diingat.

Ketiga, Mengupayakan Keajaiban Memori. Hal yang penting agar memiliki daya ingat yang lebih baik adalah dengan cara mengasosiasikan berbagai hal dalam memori.[44] Setiap memori dapat menggunakan asosiasi sederhana untuk mengingat potongan-potongan informasi yang tersembunyi dan asosiasi yang lebih kompleks untuk mengingat teori-teori yang sulit dan bagian informasi yang mengandung banyak potongan-potongan kecil yang saling berkaitan. Teknik lain yang dipakai adalah sistem cantol, yaitu mencocokkan angka-angka dengan kata-kata berirama atau petunjuk-petunjuk visual. Sistem ini menjadikan informasi dapat tertanam lebih kuat dalam memori.

Keempat, Melaju dengan Kekuatan Membaca. Cara orang membaca berbeda-beda. Ada yang membaca menggunakan jari sebagai petunjuk, ada pula yang membaca secara cepat. Cara yang digunakan membaca merupakan hal yang amat penting dalam kemajuan belajar seseorang.[45] Pembelajaran kuantum berupaya mendorong seseorang untuk bisa memiliki kemampuan membaca yang baik, yaitu dengan berlatih menjadi pembaca yang aktif. Seseorang disebut pembaca yang aktif apabila membaca gagasan, bukan kata-kata; melibatkan seluruh indranya; menciptakan minat dan memuat peta pemikiran atas bahan bacaan yang dibacanya. Dengan demikian, model pertama yang harus dimiliki sebelum membaca adalah membuat suasana senyaman mungkin menurut perasaan sendiri.

Kelima, Berpikir Logis dan Berpikir Kreatif. Cara berpikir manusia pada dasarnya melibatkan dua belahan otaknya secara lateral, hasil, dan kreatif berada pada otak intuitif (kanan). Sedangkan berpikir secara vertikal, kritis, strategis, dan analisis berada pada otak logis (kiri).[46] Oleh karena itu, Quantum Learning, menandaskan tentang pentingnya setiap orang bersedia berganti paradigma, cara pandang seseorang terhadap realitas. Selanjutnya, perlu menentukan visi baru ke arah masa depan. Inilah yang disebut proses kretaif. Hal ini mengalir melalui tahap mendefinisikan masalah, tujuan, dan tantangan; mencerna fakta-fakta dan mengolah dalam pikiran (inkubasi); memunculkan gagasan baru (iluminasi); memastikan bahwa alternatif solusi benar-benar menjawab persoalan (verifikasi); dan mengambil langkah-langkah kongkret (aplikasi). Dengan cara demikian, orang akan menemukan gagasan-gagasan yang berani dan bermakna untuk kehidupan di masa yang akan datang.

Aplikasi pembelajaran kuantum atau Quantum Learning tidak akan berhasil tanpa disertai dengan pemahaman terhadap teknis pelaksanaannya. Teknis pelaksanaan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan yang terkait langsung dengan praktik pengajaran, seperti teknik mencatat tingkat tinggi, menulis dengan penuh percaya diri, mengupayakan daya ingat (memori), mengoptimalkan kekuatan membaca, dan berpikir logis dan kreatif.

Pembelajaran yang menerapkan model Quantum Learning mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan, baik dalam proses maupun hasil belajar. Perubahan-perubahan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai indikator keberhasilan dari penerapan Quantum Learning dalam pembelajaran. Perubahan-perubahan tersebut antara lain sebagai berikut: (1) dalam pembelajaran terjadi interaksi multiarah; (2) siswa aktif dalam mengolah informasi yang diterimanya baik secara individu, maupun secara kelompok. (3) pembelajaran berfokus pada siswa (student centered); (4) potensi intelektual, personal, dan sosial siswa tumbuh dan berkembang dengan pesat; (5) memacu keterampilan berpikir anak; (6) memungkinkan terciptanya self discovery learning; dan (7) kepercayaan diri semakin bertambah.

C. Pengelolaan Sekolah Pnyelenggara Quantum Learning yang Efektif

Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan pengelolaan sekolah penyelenggara Quantum Learning yang efektif, penulis akan melihat inti sari dari tiga permasalahan, yaitu pengelolaan sekolah, sekolah efektif, dan Quantum Learning.

Pengelolaan sekolah dipandang sebagai usaha pimpinan sekolah dalam memanfaatkan seluruh sumberdaya sekolah untuk mencapai tujuan yang dilakukan melalui tindakan yang rasional dan sistematik; mencakup perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efiasien.

Sekolah yang efektif adalah sekolah yang sudah berada dalam suatu taraf mampu mencapai tujuan secara optimal melalui sistem pengelolaan yang baik dalam memberdayakan setiap komponen penting sekolah sehingga menghasilkan lulusan atau siswa yang berkualitas.

Quantum Learning merupakan seperangkat metode atau falsafah pembelajaran yang didasarkan pada berbagai teori dan strategi belajar yang dapat menghasilkan kualitas pembelajaran yang tinggi dalam waktu yang relatif cepat dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa menjadi responsif dan bergairah dalam belajar.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat diinterpretasikan bahwa pengelolaan sekolah penyelenggara Quantum Learning yang efektif adalah kemampuan sekolah dalam mengkoordinasikan berbagai komponen dan segenap sumber daya sekolah secara sistematik dan efektif untuk mencapai tujuan sekolah secara optimal melalui proses pengelolaan yang baik, yaitu perencanaan, pengorgnisasian, dan pengawasan yang baik terhadap penyelenggaraan pembelajaran di sekolah yang menggunakan metode atau falsafah pembelajaran yang didasarkan pada berbagai teori dan strategi belajar yang dapat mengnasilkan kualitas pembelajaran yang tinggi dalam waktu yang relatif cepat dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa menjadi responsif dan bergairah dalam belajar, sehingga menghasilkan lulusan atau siswa yang berkualitas.



[1] Endang Kustilah, “Penilaian Sekolah Efektif”. http://media.diknas.go.id/media/document/

5458.pdf

2 Nursalam Siradjuddin. Peningkatan Efektivitas dan Efesiensi Pengelolaan Sekolah, Sebuah Konsep Pembinaan Sekolah Swasta: on line: http://www.wahdah.or.id/wis/index.php?option= com_content &task=view&id=370

[3] Sekolah Efektif.http://jeperis.blogspot.com/2008/07/sekolah-efektif.htmlTuesday, July 8, 2008

[4] Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 62

[5] Ibid, h. 61.

[6] John Macbeath dan Peter Mortimore, Improving School Effectivenes, Memperbaiki Efeektivitas Sekolah ( Jakarta: Grasindo, 2005), h. 12

[7] Nursalam Siradjuddin, op, cit.

[8] Nurahmat, Tesis “Studi Deskriptif Analitik tentang Manajemen Sekolah Efektif”, (Bogor : Universitas Pakuan, 2005), h. 8

[9] Rahman, Kepemimpinan dalam Konteks Pemberdayaan Kepala Sekolah dalam Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. ( Jatinangor Sumedang: Alqaprint, 2006). h. 107.

[10] Arikunto, ”Pengembangan Sekolah Efektif ‘, http://zip-diy.or.id/berita/arikunto.htm

[11] TB.A.S Makmun, Analsis Posisi Pendidikan (Jakarta : Biro Perencanaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996), h.15

[12] M.F. Gaffar, Perencanaan Pendidikan, Teori dan Metodologi (Jakarta : Ditjen Dikti Depdikbud,

1987), h.21.

[13] H.D. Sughanda, Himpunan Bahan Cerumah pada Diklat Struktural Adum dan Spama

(Bandung: Parahyangan, 1999), h. 137.

[14] S.P. Siagian, Managemen Strategik (Jakarta : Bumi Aksara, 1989, hh.43-46

[15] H.D. Sughanda, op. Cit., h.140.

[16] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), h. 49

[17] Ibid, h.49

[18] Stephen P. Robbins dan Mary Coulter. Manajemen (Jakarta : PT Indeks, 2004), h.174

[19] M. Fakri dikutip langsung leh Udin Syaefudin dan Abin Syamsudin Makmun. Perencanaan Pendidikan; Suatu pendekatan Komprehensif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), hh. 4-5.

[20] Ibid. hh. 24-25

[21] Nanang Fattah, op.ctl,. 71-72

[22] Nawawi Hadari, Administrasi Pendidikan (Jakarta : Gunung Agung, 1987), h.15.

[23] Nanang Fattah, op.cit., h. 101.

[24] S.P. Siagian, op. Cit.,h.260.

[25] Septiawan Santana Kurnia, Quantum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik: (Studi pembelajaran jurnalistik yang berorientasi pada life skill); on line : Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan www.depdiknas.go.id

[26] Bobbi DePotter dan Mike Hernacki. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Terjemahan Alwiyah Abdurrahman (Bandung: Kaifa, 1992), h.14

[27] Ibid, h.14

[28] Bobbi DePorter, Mark Reardon,and Sarah Singer, Quantum Teaching, Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Kaifa, 1992), h. 5

[29] Ibid, h.14.

[30] Ibid, h. 14

[31] Ibid, h. 14

[32] Djoko Saryono. “Pembelajaran Kuantum sebagai Model Pembelajaran yang Menyenangkan”. www.depdiknas.go.id

[33] Bobbi DePorter, op.cit.,h.21

[34] Ibid, h.26

[35] Collin Rose, K.U.A.S.A.I. Lebih Cepat: Buku Pintar Accelerated Learning. (Bandung: Kaifa, 2003), h.24-15

[36] DePorter, op.cit., h.36

[37] DePorter, op.cit,. h.124

[38] DePorter, op.cit,. h.131

[39] Ibid., h.131

[40] Ibid.., h.133

[41] Ibid.., h.133

[42] op.cit., h.145

[43] op.cit., h.177

[44] op.,cit., h.205

[45] op.,cit., h.245

[46] op.,cit., h.291

Tidak ada komentar:

Lagu The NexT - Shofie

The Next Band