Bukan Karangan Bunga
Senin, 21 Oktober 2013
Maaf Pemirsaaah
Maaf pemirsaaaah.... tugas di box net sepertinya sudah expired. Nanti saya upload lagi... tunggu aza! Key???
Senin, 16 September 2013
Senin, 17 September 2012
Tugas Remedial Paragraf
Tugas remedial paragraf dapat diunduh pada kotak bagi-bagi file. Terima kasih
Rabu, 05 September 2012
Pengumpulan Tugas
Tugas Fakta dan Opini serta Tugas Paragraf dikumpulkan hari Sabtu, 08 September 2012.
Kamis, 30 Agustus 2012
Tugas Fakta dan Opini
MATA PELAJARAN : BAHASA DAN SATRA INDONESIA
KELAS/SEMESTER : XII/1
PROGRAM : IPA/IPS
STANDAR
KOMPETENSI
Mendengarkan
1. Memahami
informasi dari berbagai laporan
KOMPETENSI
DASAR
1.1 Membedakan antara fakta dan opini dari berbagai laporan lisan
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah proses belajar mengajar siswa dapat:
1.
menyimak
pokok isi laporan.
2.
mencatat
pokok-pokok isi laporan
3.
membedakan
kalimat yang berupa fakta dan yang berupa opini (pendapat)
TEMA
LINGKUNGAN
PENDAHULUAN
Fakta dan Opini dalam Laporan
Laporan merupakan kegiatan
menyampaikan segala hal tentang sesuatu, misalnya kegiatan OSIS, perjalanan,
atau pengamatan. Informasi apa yang Anda peroleh setelah mendengarkan laporan?
Anda dapat mencatat informasi laporan yang berupa hal-hal penting dalam
laporan. Hal-hal penting dalam laporan disebut juga pokok-pokok laporan. Pokok pokok
laporan meliputi isi laporan, judul laporan, waktu pelaksanaan kegiatan,
peserta, tempat atau lokasi yang dituju, tujuan mengadakan kegiatan, dan hasil
kegiatan. Pokok-pokok laporan tersebut dapat berupa fakta dan opini.
Fakta (bahasa Latin: factus)
dalam istilah keilmuan merupakan suatu hasil observasi yang obyektif dan dapat diverifikasi.
Fakta adalah
sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi atau yang benar-benar ada. Suatu pernyataan
bersifat faktual jika disusun berdasarkan fakta dan dapat dibuktikan
keberadaannya(Keraf, 1985). Kalimat fakta ialah kalimat yang memuat
kenyataan, sesuatu yang benar-benar ada, terjadi, dan dapat dibuktikan
keberadaannya, misalnya adanya benda,
waktu, tempat, peristiwa, maupun jumlahnya. Biasanya kalimat
fakta sebagai jawaban dari kata tanya apa,
siapa, kapan, dimana, atau berapa.
Contoh:
Pada hari Sabtu, tanggal 5 Juli 2008 lima orang pembuat batik
mendapat penghargaan dari pemerintah.
Sedangkan opini adalah pendapat, pikiran, pendirian, pandangan, perspektif dan tanggapan mengenai suatu kejadian, keadaan, dan desas-desus tentang sesuatu hal. Oleh karena itu, kalimat opini adalah kalimat yang berisi pendapat, pikiran, atau pendirian seseorang tentang sesuatu. Umumnya kalimat opini ini merupakan jawab-
an
dari kata tanya bagaimana.
Contoh:
Contoh:
Batik
buatan Ibu Rukmi sangat bagus dan halus.
Bacalah contoh laporan kegiatan di bawah ini!
Laporan Kegiatan Observasi
Science Club SMA Hijau Kabupaten Bogor
Tanggal 5 – 6 Januari 2011
Untuk memperluas
wawasan dan pengetahuan tentang keanekaragaman hayati, maka seluruh anggota
ekstrakurikuler Science Club SMA Hijau Tahun Pelajaran 2010/2011, dilibatkan dalam kegiatan observasi ke Taman
nasional Way Kambas, Lampung. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 5 – 6
Januari 2011. Menurut Ketua Ekstrakurikuler Science Club, diharapkan seluruh
siswa memperoleh pengetahuan baru yang didapatkan melalui sumber belajar secara
langsung.
Kegiatan observasi
tersebut diikuti oleh seluruh anggota Science Club kelas X dan XI yang
berjumlah 50 orang yang dibagi ke dalam 10 kelompok. Setiap kelompok bertugas
mengidentifikasi jenis flora dan fauna yang berhasil ditemukan di lokasi
observasi yang didokumentasikan langsung melalui foto atau video. Selain itu,
untuk memperkaya perolehan data, mereka bisa mendapatkan berbagai informasi secara
langsung dari narasumber yang sangat kompeten di TamanNasional Way Kambas.
Setelah kegiatan observasi yang dilakukan pada siang hari, lalu pada malam
harinya diadakan diskusi seputar temuan dan masalah-masalah menarik lainnya
yang berhubungan dengan kegiatan dan Taman Nasional Way Kambas merupakan
perwakilan ekosistem hutan dataran rendah yang terdiri dari hutan rawa air
tawar, padang alang-alang/semak belukar, dan hutan pantai di Sumatera.
Jenis tumbuhan di taman nasional tersebut, antara
lain api-api (Avicennia marina), pidada (Sonneratia sp.),
nipah (Nypa fruticans), gelam (Melaleuca leucadendron), salam
(Syzygium polyanthum), rawang (Glochidion borneensis),
ketapang (Terminalia cattapa), cemara laut (Casuarina
equisetifolia), pandan (Pandanus sp.), puspa (Schima
wallichii), meranti (Shorea sp.), minyak (Dipterocarpus
gracilis), dan ramin (Gonystylus bancanus). Taman Nasional Way
Kambas juga memiliki 50 jenis mamalia diantaranya badak Sumatera (Dicerorhinus
sumatrensis sumatrensis), gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus),
harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus),
anjing hutan (Cuon alpinus sumatrensis), siamang (Hylobates
syndactylus syndactylus); 406 jenis burung diantaranya bebek hutan (Cairina
scutulata), bangau sandang lawe (Ciconia episcopus stormi), bangau
tong-tong (Leptoptilos javanicus), sempidan biru (Lophura ignita),
kuau (Argusianus argus argus), pecuk ular (Anhinga melanogaster);
berbagai jenis reptilia, amfibia, ikan, dan insekta.
Menurut Bapak Sudarso, salah seorang Narasumber,
selain kekayaan aneka ragam hayati di Taman Nasional Way Kambas, yang tak kalah
menarik adalah Gajah-gajah liar yang dilatih di Pusat Latihan Gajah (9 km dari
pintu gerbang Plang Ijo) dapat dijadikan sebagai gajah tunggang, atraksi,
angkutan kayu dan bajak sawah. Pada
pusat latihan gajah tersebut, dapat disaksikan pelatih mendidik dan melatih
gajah liar, menyaksikan atraksi gajah main bola, menari, berjabat tangan,
hormat, mengalungkan bunga, tarik tambang, berenang dan masih banyak atraksi
lainnya. Lebih lanjut Bapak Sudarso mengatakan bahwa atraksi tersebut merupakan
atraksi unggulan dari Taman Nasional way Kambas yang selalu ditunggu-tungu
pengunjung.
Menurut para peserta,
selain menyaksikan atraksi gajah, obyek yang paling menarik dan berkesan adalah
menelusuri sungai Way Kanan untuk mengamati satwa (bebek hutan, kuntul,
rusa, burung migran), dan hutan
mangrove. S
Demikian laporan
singkat kegiatan observasi yang dilaksanakan ekstrakurikuler Scien Club SMA
Hijau. Semoga laporan ini bermanfaat.
Bogor,
8 Januari 2011
(dokumen pribadi dengan perubahan seperlunya)
BAHAN, ALAT, DAN SUMBER
BAHAN, ALAT, DAN SUMBER
Laporan kegiatan ekstrakurikuler
LANGKAH/PETUNJUK KEGIATAN
1.
Salah seorang siswa bertugas membacakan naskah yang
berisi informasi di atas dengan intonasi yang baik di depan kelas.
2.
Siswa lain menyimak dan mencatat informasi-informasi
penting yang disampaikan secara langsung sebagai bahan untuk menjawab
pertanyaan bacaan dan identifikasi kalimat fakta dan opini yang terdapat dalam
bacaan di atas!
Kegiatan/Latihan Ke-1:
Untuk menguji
kemampuan Anda dalam mendengarkan laporan lisan, jawablah pertanyaan-pertanyaan
berikut dengan baik!
1.
Siapa
yang mengadakan kunjungan Taman Nasional Way Kambas?
……………………………………………………………………………………………
2.
Tanggal
berapa dilaksanakan kegiatan obdervasi tersebut?
……………………………………………………………………………………………
3.
Berapa
jumlah peserta yang mengikuti kegiatan tersebut?
……………………………………………………………………………………………
4.
Apa
tujuan yang diharapkan tercapai melalui kegiatan tersebut?
……………………………………………………………………………………………
5.
Kegiatan
apa saja yang dilaksanakan peserta kegiatan selama berada di Taman Nasional Way
Kambas?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
6.
Jenis tumbuhan apa saja yang terdapat di Taman
Nasional Way Kambas?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
7.
Sebutkan
pula hewan-hewan yang masih dapat kita temukan di sana?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
8.
Atraksi
apa yang menjadi unggulan dan selalu ditunggu pengunjung Taman Nasional Way
Kambas?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
9.
Gajah
yang sudah dilatih dapat digunakan untuk berbagai kegiatan. Sebutkan
kegiatan apa saja itu?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
10. Obyek apakah yang dirasakan paling menarik dan berkesan bagi para peserta
kegiatan?
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Kegiatan/Latihan Ke-2:
Tentukan kalimat-kalimat fakta dan opini yang terdapat dalam
bacaan di atas!
No
|
Kalimat Fakta
|
Kalimat Opini
|
1
|
……………………………………..
……………………………………..
…………………………………….
|
…………………….…………………..
………………………………………..
……………………..………………….
|
2
|
……………………………………..
……………………………………..
…………………………………….
|
…………………….…………………..
………………………………………..
……………………..………………….
|
3
|
……………………………………..
……………………………………..
…………………………………….
|
…………………….…………………..
………………………………………..
……………………..………………….
|
4
|
……………………………………..
……………………………………..
…………………………………….
|
…………………….…………………..
………………………………………..
……………………..………………….
|
5
|
……………………………………..
……………………………………..
…………………………………….
|
…………………….…………………..
………………………………………..
……………………..………………….
|
Kamis, 28 Juli 2011
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA LAGU SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PRODUKTIF SISWA
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA LAGU
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PRODUKTIF SISWA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam kaitan ini, pembelajaran puisi bisa laksanakan melalui empat aspek keterampilan tersebut, sesuai dengan kemampuan yang diharapkan. Melalui aspek mendengarkan, berbicara, dan membaca, siswa diharapkan memiliki kemampuan reseptif terhadap sebuah karya puisi. Sedangkan melalui aspek menulis diharapkan siswa memiliki kemampuan produktif atau menghasilkan sebuah karya.
Dalam pembelajaran di sekolah kemampuan produktif secara umum kurang mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya. Proses pembelajaran tidak berlangsung secara utuh akibatnya siswa hanya sebatas mampu menikmati hasil karya orang lain tanpa mampu mengekspresikan ide dan perasaannya ke dalam bentuk nyata sebuah karya yang bisa dinikmati dan ditangkap pesannya oleh orang lain. Hal ini tentu saja tidak mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan yakni menggunakan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman dalam kegiatan apresiatif yang menghasilkan transformasi karya sastra, kritik dan esai,
dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama, serta transliterasi/transkripsi naskah lama berhuruf Arab Melayu.
Berdasarkan hasil refleksi penulis di SMA Negeri 1 Citeureup, pada umumnya siswa kurang tertarik, merasa takut, dan mengalami kesulitan jika belajar menulis puisi, sehingga siswa jarang yang berhasil menyelesaikan puisinya ketika pembelajaran berakhir. Kekurangtertarikan dan rasa takut siswa sangat dipengaruhi oleh cara guru dalam mengajar. Cara mengajar guru yang kurang bervariasi, cenderung konvensional dan masih mengandalkan ceramah tentang teori puisi membuat pembelajaran berlangsung membosankan dan tidak menarik. Rasa takut disuruh membacakan puisi di depan kelas merupakan faktor psikologis yang selanjutnya muncul dalam pembelajaran. Hal ini akan mempersulit siswa untuk secara produktif menghasilkan karya puisi. Padahal menurut Rachmat Joko Pradopo, “puisi selain memberi kenikmatan seni, puisi juga dapat memperkaya kehidupan batin, kehalusan budi bahkan juga sering membangkitkan semangat hidup yang menyala, mempertinggi rasa ketuhanan dan keimanan” (Pradopo, 2005:vi). Dengan kata lain, pembelajaran menulis puisi harus mampu memberikan makna bagi siswa dalam menghadapi kehidupan bersosialisasi dengan teman sebaya, orang tua, guru, dan orang lain. Oleh karena itu, puisi merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi kehidupan siswa.
Untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna, diperlukan kreativitas guru dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sesuai dengan lingkungan dan media yang tersedia, sehingga dapat merangsang minat belajar siswa terhadap puisi dan siswa dapat menuangkan segala ide dan perasaannya dalam bentuk puisi tanpa rasa terpaksa dalam suasana yang menyenangkan. Salah satu bentuk media yang dapat dipergunakan untuk mengajarkan puisi adalah lagu.
Menilik karakteristiknya, lagu memiliki beberapa kesamaan dengan puisi. Dalam sebuah syair lagu memiliki diksi, majas, rima, dan bentuk topografi sebagaimana puisi. Lagu merupakan bentuk kemampuan produktif manusia dalam mengungkapkan ide dan perasaan. Selain itu, lagu merupakan hal yang sangat digemari oleh siswa di jenjang manapun. Hal ini sejalan dengan pendapat Orlova yang dikutip Sakdiyah dalam www.cybersastra.net yang ditulis tanggal 17 Maret 2002, menyebutkan lagu dianggap sebagai suatu alat yang efektif untuk pengajaran bahasa. Berdasarkan pengalaman penulis, minat siswa untuk mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan
lagu, relatif lebih tinggi karena pembelajaran dimulai dari sesuatu yang mereka senangi.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang memiliki karakteristik memberikan rasa senang dan mampu mendorong siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan sehari-hari di lingkungannya adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan ini dapat mendorong siswa untuk belajar secara aktif di lingkungan yang nyata dalam sebuah masyarakat belajar yang menyenangkan. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk mendeskripsikan tentang Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Media Lagu sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Produktif Siswa.
1.2 Alasan Pemilihan Judul
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, banyak alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan di dalam kelas sebagai upaya untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Namun terkadang hal itu hanya sebatas kerangka teori yang tidak pernah terealisasi dalam konteks belajar mengajar, sehingga pembelajaran berlangsung secara konvensional dan tidak menarik. Khusus dalam pembelajaran menulis puisi, biasanya siswa diberikan teori-teori tentang puisi. Setelah itu, guru membiarkan siswa membuat puisi lalu mengumpulkannya. Pembelajaran seperti itu dinilai kurang bermakna dan tidak menarik serta dapat menimbulkan rasa bosan.
Berdasarkan pengalaman penulis dalam mengajarkan menulis puisi dengan penggunaan media lagu yang dikemas dengan pendekatan kontekstual, ternyata siswa kelas XI Program Bahasa lebih aktif, antusias, dan terlihat senang dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, penulis memandang bahwa hal ini patut dijadikan bahan tukar pengalaman dalam forum ini, demi penyempurnaan pembelajaran pada masa yang akan datang.
1.3 Batasan Penulisan
Mengingat begitu luasnya masalah pembelajaran puisi ini, maka penulis hanya akan membahas tentang pembelajaran jenis puisi bebas dalam mengungkapkan pengalaman siswa melalui media lagu dengan menggunakan pendekatan kontekstual berdasarkan pengalaman dalam mengajar Sastra Indonesia di kelas XI Program Bahasa SMA Negeri 1 Citeureup Kabupaten Bogor.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini untuk:
1. Memberikan gambaran tentang langkah-langkah pembelajaran menulis puisi melalui media lagu dengan menggunakan startegi kontekstual.
2. Menggali dan menemukan strategi pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran membuat puisi.
3. Melengkapi persyaratan dalam mengikuti lomba guru berprestasi tingkat Provinsi Jawa Barat.
1.5 Metode dan Sistematika Penulisan
1.5.1 Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode deskriptif (descriptive method) untuk menyelesaikan tulisan ini. Data dan informasi diperoleh dari pengamatan penulis terhadap pembelajaran di dalam/diluar kelas, dan hasil refleksi pembelajaran, yang didukung beberapa buku yang berkaitan dengan hal ini.
15.2 Sistematika Penulisan
Adapaun sistematika penulisan yang penulis susun adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Alasan Pemilihan Judul
1.3 Batasan Penulisan
1.4 Tujuan Penulisan
1.5 Metode dan Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pendekatan Kontekstual
2.1.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual
2.1.2 Prinsip Dasar Pembelajaran Kontekstual
2.2 Pengertian Puisi
2.3 Unsur-Unsur Puisi
2.4 Keterampilan Produktif
BAB III PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA LAGU
3.1 Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Media Lagu
3.2 Keunggulan Pengajaran Menulis Puisi Melalui media Lagu dengan Pendekatan Kontekstual
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA LAGU
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PRODUKTIF SISWA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam kaitan ini, pembelajaran puisi bisa laksanakan melalui empat aspek keterampilan tersebut, sesuai dengan kemampuan yang diharapkan. Melalui aspek mendengarkan, berbicara, dan membaca, siswa diharapkan memiliki kemampuan reseptif terhadap sebuah karya puisi. Sedangkan melalui aspek menulis diharapkan siswa memiliki kemampuan produktif atau menghasilkan sebuah karya.
Dalam pembelajaran di sekolah kemampuan produktif secara umum kurang mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya. Proses pembelajaran tidak berlangsung secara utuh akibatnya siswa hanya sebatas mampu menikmati hasil karya orang lain tanpa mampu mengekspresikan ide dan perasaannya ke dalam bentuk nyata sebuah karya yang bisa dinikmati dan ditangkap pesannya oleh orang lain. Hal ini tentu saja tidak mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan yakni menggunakan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman dalam kegiatan apresiatif yang menghasilkan transformasi karya sastra, kritik dan esai,
dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama, serta transliterasi/transkripsi naskah lama berhuruf Arab Melayu.
Berdasarkan hasil refleksi penulis di SMA Negeri 1 Citeureup, pada umumnya siswa kurang tertarik, merasa takut, dan mengalami kesulitan jika belajar menulis puisi, sehingga siswa jarang yang berhasil menyelesaikan puisinya ketika pembelajaran berakhir. Kekurangtertarikan dan rasa takut siswa sangat dipengaruhi oleh cara guru dalam mengajar. Cara mengajar guru yang kurang bervariasi, cenderung konvensional dan masih mengandalkan ceramah tentang teori puisi membuat pembelajaran berlangsung membosankan dan tidak menarik. Rasa takut disuruh membacakan puisi di depan kelas merupakan faktor psikologis yang selanjutnya muncul dalam pembelajaran. Hal ini akan mempersulit siswa untuk secara produktif menghasilkan karya puisi. Padahal menurut Rachmat Joko Pradopo, “puisi selain memberi kenikmatan seni, puisi juga dapat memperkaya kehidupan batin, kehalusan budi bahkan juga sering membangkitkan semangat hidup yang menyala, mempertinggi rasa ketuhanan dan keimanan” (Pradopo, 2005:vi). Dengan kata lain, pembelajaran menulis puisi harus mampu memberikan makna bagi siswa dalam menghadapi kehidupan bersosialisasi dengan teman sebaya, orang tua, guru, dan orang lain. Oleh karena itu, puisi merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi kehidupan siswa.
Untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna, diperlukan kreativitas guru dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sesuai dengan lingkungan dan media yang tersedia, sehingga dapat merangsang minat belajar siswa terhadap puisi dan siswa dapat menuangkan segala ide dan perasaannya dalam bentuk puisi tanpa rasa terpaksa dalam suasana yang menyenangkan. Salah satu bentuk media yang dapat dipergunakan untuk mengajarkan puisi adalah lagu.
Menilik karakteristiknya, lagu memiliki beberapa kesamaan dengan puisi. Dalam sebuah syair lagu memiliki diksi, majas, rima, dan bentuk topografi sebagaimana puisi. Lagu merupakan bentuk kemampuan produktif manusia dalam mengungkapkan ide dan perasaan. Selain itu, lagu merupakan hal yang sangat digemari oleh siswa di jenjang manapun. Hal ini sejalan dengan pendapat Orlova yang dikutip Sakdiyah dalam www.cybersastra.net yang ditulis tanggal 17 Maret 2002, menyebutkan lagu dianggap sebagai suatu alat yang efektif untuk pengajaran bahasa. Berdasarkan pengalaman penulis, minat siswa untuk mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan
lagu, relatif lebih tinggi karena pembelajaran dimulai dari sesuatu yang mereka senangi.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang memiliki karakteristik memberikan rasa senang dan mampu mendorong siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan sehari-hari di lingkungannya adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan ini dapat mendorong siswa untuk belajar secara aktif di lingkungan yang nyata dalam sebuah masyarakat belajar yang menyenangkan. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk mendeskripsikan tentang Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Media Lagu sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Produktif Siswa.
1.2 Alasan Pemilihan Judul
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, banyak alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan di dalam kelas sebagai upaya untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Namun terkadang hal itu hanya sebatas kerangka teori yang tidak pernah terealisasi dalam konteks belajar mengajar, sehingga pembelajaran berlangsung secara konvensional dan tidak menarik. Khusus dalam pembelajaran menulis puisi, biasanya siswa diberikan teori-teori tentang puisi. Setelah itu, guru membiarkan siswa membuat puisi lalu mengumpulkannya. Pembelajaran seperti itu dinilai kurang bermakna dan tidak menarik serta dapat menimbulkan rasa bosan.
Berdasarkan pengalaman penulis dalam mengajarkan menulis puisi dengan penggunaan media lagu yang dikemas dengan pendekatan kontekstual, ternyata siswa kelas XI Program Bahasa lebih aktif, antusias, dan terlihat senang dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, penulis memandang bahwa hal ini patut dijadikan bahan tukar pengalaman dalam forum ini, demi penyempurnaan pembelajaran pada masa yang akan datang.
1.3 Batasan Penulisan
Mengingat begitu luasnya masalah pembelajaran puisi ini, maka penulis hanya akan membahas tentang pembelajaran jenis puisi bebas dalam mengungkapkan pengalaman siswa melalui media lagu dengan menggunakan pendekatan kontekstual berdasarkan pengalaman dalam mengajar Sastra Indonesia di kelas XI Program Bahasa SMA Negeri 1 Citeureup Kabupaten Bogor.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini untuk:
1. Memberikan gambaran tentang langkah-langkah pembelajaran menulis puisi melalui media lagu dengan menggunakan startegi kontekstual.
2. Menggali dan menemukan strategi pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran membuat puisi.
3. Melengkapi persyaratan dalam mengikuti lomba guru berprestasi tingkat Provinsi Jawa Barat.
1.5 Metode dan Sistematika Penulisan
1.5.1 Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode deskriptif (descriptive method) untuk menyelesaikan tulisan ini. Data dan informasi diperoleh dari pengamatan penulis terhadap pembelajaran di dalam/diluar kelas, dan hasil refleksi pembelajaran, yang didukung beberapa buku yang berkaitan dengan hal ini.
15.2 Sistematika Penulisan
Adapaun sistematika penulisan yang penulis susun adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Alasan Pemilihan Judul
1.3 Batasan Penulisan
1.4 Tujuan Penulisan
1.5 Metode dan Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pendekatan Kontekstual
2.1.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual
2.1.2 Prinsip Dasar Pembelajaran Kontekstual
2.2 Pengertian Puisi
2.3 Unsur-Unsur Puisi
2.4 Keterampilan Produktif
BAB III PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA LAGU
3.1 Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Media Lagu
3.2 Keunggulan Pengajaran Menulis Puisi Melalui media Lagu dengan Pendekatan Kontekstual
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
Langganan:
Postingan (Atom)