Selasa, 30 Desember 2008

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA LAGU

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PRODUKTIF SISWA

diajukan sebagai salah satu syarat mengikuti seleksi guru berprestasi

tingkat Provinsi Jawa Barat

oleh

Asep Anwar

NIP 132196650

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR

DINAS PENDIDIKAN

Jalan Nyaman nomor 1 Kelurahan Tengah Kecamatan Cibinong

Telepon (021) 8753191 Cibinong 16914

2007

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis dengan judul Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Media Lagu sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Produktif Siswa. Karya tulis ini dibuat dan diajukan sebagai salah satu syarat yang harus dilengkapi dalam seleksi guru berprestasi tingkat Provinsi Jawa Barat.

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis mengalami berbagai hambatan, terutama dalam hal pengungkapan gagasan dan pencarian buku sumber yang relevan. Oleh karena itu, penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan guna perbaikan makalah ini dan untuk bekal dalam pembuatan makalah-makalah seperti ini pada masa mendatang.

Pada kesempatan berharga ini, ucapan terimakasih layak penulis sampaikan kepada:

1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor yang telah memberikan dukungan moral, material berbagai fasilitas kepada penulis yang memperlancar persiapan dan penyusunan karya tulis ini.

2. Para Pengawas di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam pelaksanaan pemilihan guru berprestasi tingkat Kabupaten Bogor, hingga penulis dapat melakukan perbaikan-perbaikan terhadap karya tulis ini.

3. Kepala SMA Negeri 1 Citeureup, Drs. Dede Wahidin Saleh, MBA,MM. yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk mengikuti seleksi guru berprestasi ini.

4. Rekan-rekan guru dan seluruh siswa yang selalu memberikan dukungan moral kepada saya, sehingga saya memiliki keberanian untuk ikut serta dalam kegiatan ini.

5. Orang tua, dan keluarga tercinta yang telah setia, sabar, dan sangat mengerti akan tugas dan tanggung jawab penulis sebagai seorang profesional.

Akhirnya hanya kepada Allah jualah segala sesuatunya penulis serahkan. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi seluruh pembaca pada umumnya.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………….…………... 1

1.2 Alasan Pemilihan Judul ………………………...………………… 3

1.3 Batasan Penulisan …………………………………………...…… 3

1.4 Tujuan Penulisan …………………………………..…………… 4

1.5 Metode dan Sistematika Penulisan …………………………..…. 4

BAB II TINJAUAN TEORITIS ……………………………………………… 6

2.1 Pendekatan Kontekstual ……………………………………….. 6

2.1.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual ……………………………. 6

2.1.2 Prinsip Dasar Pembelajaran Kontekstual ……………………….. 7

2.2 Pengertian Puisi ……………………………….………………… 10

2.3 Unsur-Unsur Puisi …………………………………….………… 11

2.4 Keterampilan Produktif …………….…………………………… 12

BAB III PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA LAGU …. 13

3.1 Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam

Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Media Lagu ............................ 13

3.2 Keunggulan Pengajaran Menulis Puisi Melalui media Lagu

dengan pendekatan Kontekstual …………………………………... 19

3.3 Kendala-Kendala Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Media

Lagu dengan Pendekatan Kontekstual di SMA Negeri 1 Citeureup... 21

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN …………………………………………. 22

4.1 Simpulan …………………………………………………………… 22

4.2 Saran ……………………………………………………………….. 22

Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam kaitan ini, pembelajaran puisi bisa dilaksanakan melalui empat aspek keterampilan tersebut, sesuai dengan kemampuan yang diharapkan. Melalui aspek mendengarkan, berbicara, dan membaca, siswa diharapkan memiliki kemampuan reseptif terhadap sebuah karya puisi. Sedangkan melalui aspek menulis diharapkan siswa memiliki kemampuan produktif atau menghasilkan sebuah karya.

Dalam pembelajaran di sekolah kemampuan produktif secara umum kurang mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya. Proses pembelajaran tidak berlangsung secara utuh akibatnya siswa hanya sebatas mampu menikmati hasil karya orang lain tanpa mampu mengekspresikan ide dan perasaannya ke dalam bentuk nyata sebuah karya yang bisa dinikmati dan ditangkap pesannya oleh orang lain. Hal ini tentu saja tidak mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan yakni menggunakan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman dalam kegiatan apresiatif yang menghasilkan transformasi karya sastra, kritik dan esai,

dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama, serta transliterasi/transkripsi naskah lama berhuruf Arab Melayu.

Berdasarkan hasil refleksi penulis di SMA Negeri 1 Citeureup, pada umumnya siswa kurang tertarik, merasa takut, dan mengalami kesulitan jika belajar menulis puisi, sehingga siswa jarang yang berhasil menyelesaikan puisinya ketika pembelajaran berakhir. Kekurangtertarikan dan rasa takut siswa sangat dipengaruhi oleh cara guru dalam mengajar. Cara mengajar guru yang kurang bervariasi, cenderung konvensional dan masih mengandalkan ceramah tentang teori puisi membuat pembelajaran berlangsung membosankan dan tidak menarik. Rasa takut disuruh membacakan puisi di depan kelas merupakan faktor psikologis yang selanjutnya muncul dalam pembelajaran. Hal ini akan mempersulit siswa untuk secara produktif menghasilkan karya puisi. Padahal menurut Rachmat Joko Pradopo (2005:vi), “puisi selain memberi kenikmatan seni, puisi juga dapat memperkaya kehidupan batin, kehalusan budi bahkan juga sering membangkitkan semangat hidup yang menyala, mempertinggi rasa ketuhanan dan keimanan”. Dengan kata lain, pembelajaran menulis puisi harus mampu memberikan makna bagi siswa dalam menghadapi kehidupan bersosialisasi dengan teman sebaya, orang tua, guru, dan orang lain. Oleh karena itu, puisi merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi kehidupan siswa.

Untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna, diperlukan kreativitas guru dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sesuai dengan lingkungan dan media yang tersedia, sehingga dapat merangsang minat belajar siswa terhadap puisi dan siswa dapat menuangkan segala ide dan perasaannya dalam bentuk puisi tanpa rasa terpaksa dalam suasana yang menyenangkan. Salah satu bentuk media yang dapat dipergunakan untuk mengajarkan puisi adalah lagu.

Menilik karakteristiknya, lagu memiliki beberapa kesamaan dengan puisi. Dalam sebuah syair lagu memiliki diksi, majas, rima, dan bentuk topografi sebagaimana puisi. Lagu merupakan bentuk kemampuan produktif manusia dalam mengungkapkan ide dan perasaan. Selain itu, lagu merupakan hal yang sangat digemari oleh siswa di jenjang manapun. Hal ini sejalan dengan pendapat Orlova yang dikutip Sakdiyah dalam www.cybersastra.net yang ditulis tanggal 17 Maret 2002, menyebutkan lagu dianggap sebagai suatu alat yang efektif untuk pengajaran bahasa. Berdasarkan pengalaman penulis, minat siswa untuk mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan

lagu, relatif lebih tinggi karena pembelajaran dimulai dari sesuatu yang mereka senangi.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang memiliki karakteristik memberikan rasa senang dan mampu mendorong siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan sehari-hari di lingkungannya adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan ini dapat mendorong siswa untuk belajar secara aktif di lingkungan yang nyata dalam sebuah masyarakat belajar (learning community) yang menyenangkan. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk mendeskripsikan tentang Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Media Lagu sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Produktif Siswa.

1.2 Alasan Pemilihan Judul

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, banyak alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan di dalam kelas sebagai upaya untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Namun terkadang hal itu hanya sebatas kerangka teori yang tidak pernah terealisasi dalam konteks belajar mengajar, sehingga pembelajaran berlangsung secara konvensional dan tidak menarik. Khusus dalam pembelajaran menulis puisi, biasanya siswa diberikan teori-teori tentang puisi. Setelah itu, guru membiarkan siswa membuat puisi lalu mengumpulkannya. Pembelajaran seperti itu dinilai kurang bermakna dan tidak menarik serta dapat menimbulkan rasa bosan.

Berdasarkan pengalaman penulis dalam mengajarkan menulis puisi dengan penggunaan media lagu yang dikemas dengan pendekatan kontekstual, ternyata siswa kelas XI Program Bahasa lebih aktif, antusias, dan terlihat senang dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, penulis memandang bahwa hal ini patut dijadikan bahan tukar pengalaman dalam forum ini, demi penyempurnaan pembelajaran pada masa yang akan datang.

1.3 Batasan Penulisan

Mengingat begitu luasnya masalah pembelajaran puisi ini, maka penulis hanya akan membahas tentang pembelajaran jenis puisi bebas dalam mengungkapkan pengalaman siswa melalui media lagu dengan menggunakan pendekatan kontekstual berdasarkan pengalaman dalam mengajar Sastra Indonesia di kelas XI Program Bahasa SMA Negeri 1 Citeureup Kabupaten Bogor.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini untuk:

1. Memberikan gambaran tentang langkah-langkah pembelajaran menulis puisi melalui media lagu dengan menggunakan startegi kontekstual.

2. Menggali dan menemukan strategi pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran membuat puisi.

3. Melengkapi persyaratan dalam mengikuti lomba guru berprestasi tingkat Provinsi Jawa Barat.

1.5 Metode dan Sistematika Penulisan

1.5.1 Metode Penulisan

Penulis menggunakan metode deskriptif (descriptive method) untuk menyelesaikan tulisan ini. Data dan informasi diperoleh dari pengamatan penulis terhadap pembelajaran di dalam/diluar kelas, dan hasil refleksi pembelajaran, yang didukung beberapa buku yang berkaitan dengan hal ini.

15.2 Sistematika Penulisan

Adapaun sistematika penulisan yang penulis susun adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Alasan Pemilihan Judul

1.3 Batasan Penulisan

1.4 Tujuan Penulisan

1.5 Metode dan Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pendekatan Kontekstual

2.1.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual

2.1.2 Prinsip Dasar Pembelajaran Kontekstual

2.2 Pengertian Puisi

2.3 Unsur-Unsur Puisi

2.4 Keterampilan Produktif

BAB III PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA LAGU

3.1 Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Media Lagu

3.2 Keunggulan Pengajaran Menulis Puisi Melalui media Lagu dengan Pendekatan Kontekstual

3.3 Kendala-Kendala Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Media Lagu dengan Pendekatan Kontekstual di SMA Negeri 1 Citeureup

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

4.2 Saran

Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran

BAB II

KAJIAN TEORETIS

2.1 Pendekatan Kontekstual

Skenario pembelajaran yang tidak mendukung terciptanya suasana yang menyenangkan, kurang variatif, kurang berguna bagi kebutuhan dan gaya belajar siswa akan menghasilkan suasana belajar yang monoton dan membosankan. Pembelajaran seperti itu tentu saja sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil pembelajaran. Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang baik, diperlukan proses yang baik pula. Proses pembelajaran yang baik akan tercipta jika pendekatan dan strategi yang digunakan guru menarik dan sesuai dengan perkembangan dan lingkungan siswa.

2.1.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual

Dewasa ini dikenal sebuah pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan konteks pembelajaran yang sebenarnya, yakni pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning. Elaine B. Johnson mengatakan bahwa “CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa” (Sitompul dan Setiawan, 2006: 57). Pengertian lain di kemukakan oleh Pusat Perkembangan Kurikulum Kementerian Pendidikan Malaysia yang mengatakan bahwaPembelajaran kontekstual ialah kaedah pembelajaran yang menggabungkan isi kandungan dengan pengalaman harian individu, masyarakat dan alam pekerjaan. Kaedah ini menyediakan pembelajaran secara konkret yang melibatkan aktivitas hands-on dan minds-on.”

Berdasarkan hal itu, dapat ditafsirkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan strategi pembelajaran dengan konsep mengajar dan belajar yang mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa untuk menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Pembelajaran yang dilaksanakan dengan strategi CTL memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang otentik, artinya pembelajaran

diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah dalam konteks nyata. Dengan kata lain, pembelajaran diupayakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

2. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa ( learning by doing).

3. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, dan saling mengoreksi (leaarning in group).

4. Kebersamaan, kerja sama, dan saling memahami satu sama lain, secara mendalam merupakan aspek penting untuk menciptakan pembelajaran mengenangkan (learning to know each other deeply).

5. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).

6. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).

2.1.2 Prinsip Dasar Pembelajaran Kontekstual

Prinsip dasar pembelajaran kontekstual menggunakan prinsip Contextual Teaching Learning, yaitu contructivism, inquiry, questioning, learning community, modelling, reflection, dan authentic assessment. Prinsip-prinsip ini dikenal sebagai tujuh pilar CTL (Contextual Teaching and Learning). Ketujuh pilar tersebut secara singkat akan penulis uraikan di bawah ini.

1. Contructivism

Contructivism merupakan landasan filosofis CTL. Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif dari pengalaman atau pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Menurut Nurhadi (2002), contructivism adalah landasan berpikir yang memandang bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengontruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Nurhadi, 2002:10).

Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengontruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuannya sebagai subyek belajar melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.

2 . Inquiry

Menemukan atau inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan belajar yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.

Menurut Suherli dalam Bahan Ajar Diklat Kompetensi Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia Inquiry diawali dengan pengamatan untuk memahami konsep/fenomena dan dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan bermakna untuk menghasilkan rumusan. Dengan mengembangkan keterampilan berpikir kritis, siklus inquiry adalah sebagai berikut: (a) mengamati, (b) bertanya, (3) meyakinkan dengan sementara, (4) mengumpulkan data, (5) menganalisis data, (6) merumuskan teori.

3. Questioning

Questioning atau bertanya adalah salah satu strategi pembelajaran CTL yang dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong siswa mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran berbasis inquriying

4. Learning Community

Learning Community adalah kegiatan belajar yang difokuskan pada aktivitas berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain. Aspek kerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran lebih baik adalah tujuan pembelajaran yang menerapkan learning community. Hasil belajar diperoleh dari sharing antarteman, antarkelompok, atau dengan masyarakat belajar secara lebih luas. Dalam proses pembelajaran, learning community ini dapat diwujudkan dalam pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli ke dalam kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, dan bekerja dengan masyarakat.

5. Modelling

Modelling adalah kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar atau melakukan apa yang kita inginkan. Pemodelan ini bisa berupa cara pengoperasian sesuatu, contoh karya tulis, contoh membacakan puisi, cara melafalkan bahasa Inggris dan lain-lain.

Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa untuk mencontohkan sesuatu. Model juga dapat didatangkan dari luar, misalnya sastrawan, siswa dari kelas lain yang pandai membaca puisi (jika materi yang diajarkan tentang membaca puisi).

6. Reflection

Reflection adalah kegiatan memikirkan apa yang telah kita pelajari, merealisasikan merespon selama kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, dan memberikan masukan-masukan perbaikan jika diperlukan. Refleksi merupakan tahap pengendapan tentang sesuatu yang dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

7. Authentic Assesment

Autentic assessment adalah penilaian yang sebenarnya, yaitu proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang terkumpul harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Penilaian autentik ini menilai pengetahuan dan keterampilan (performansi) yang diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman atau orang lain.

Authentic assesment, memiliki karakteristik sebagai berikut:

( 1 ) Mengukur baik proses maupun produk pembelajaran;

( 2 ) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa;

( 3 ) Mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks

nyata;

( 4 ) Tugas-tugas yang diberikan berkontekstual dan relevan;

( 5 ) Penilaian bersifat terbuka, jujur / objektif; Kriteria penilaian lebih jelas bagi

siswa; Penilaian dilakukan untuk menunjukan kelebihan siswa untuk

mendorong siswa agar dapan berbuat lebih baik lagi;

( 6 ) Termasuk di dalam penilaian otentik adalah refleksi dan selfassasment.

( 7 ) Bentuk-bentuk penilaian otentik di antaranya : portofolio, strong retell,

interview, video tape, evaluation of performance, audio tape, evaluation of reading, teacher is observations, cloze test, dan lain-lain.

2.2 Pengertian Puisi

Secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani, yaitu poima berarti membuat atau poeisis yang berarti pembuatan. Istilah itu dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan membuat dan pembuatan karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia sendiri yang berisi pesan dan gambaran suasana-suasana tertentu, baik secara fisik maupun nonfisik. (Aminnudin, 2000: 134).

Rachmat Joko Pradopo .(1990: 7). berpendapat bahwa puisi adalah sebuah karya seni yang merupakan ekspresi kreatif yang memiliki kepadatan dalam bahasa dan isi. Puisi dapat mengekspresikan pemikiran dan dapat membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi pancaindera yang bersusunan irama. Selain itu, puisi juga merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah ke dalam wujud yang paling berkesan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa puisi adalah sebuah karya hasil penciptaan kreatif yang mengungkapkan perasaan imajinatif, berisi pesan dan gambaran suasana tertentu baik secara fisik maupun secara batiniah.

Melihat strukturnya, puisi adalah suatu genre (jenis) sastra yang berbeda dengan prosa. Puisi memiliki dua ciri umum, yaitu ciri formal dan ciri hakikat. Ciri formal sebuah puisi adalah tifografinya yang khas (bukan bentuk paragraf) dan umumnya ditulis dalam bentuk bait. Lebih lanjut Surana (2001:17) secara fisik puisi ditulis berbait-bait, berirama, dan memiliki lagu jika puisi tersebut dibaca yang disebut irama. Tentang jumlah baris, suku kata, dan persajakan pada puisi masa kini sudah tidak lagi menjadi ketentuan. Sedangkan ciri hakikat puisi adalah (1) sifat/fungsi seni, (2) kepadatan bahasa, dan (3) ekspresi tidak langsung.

2.3 Unsur-Unsur Intrinsik Puisi

Sebagaimana halnya karya sastra prosa, puisi pun merupakan media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarangnya. Puisi merupakan ungkapan cipta sastra dengan unsur-unsur yang utuh dan menyatu. “Unsur-unsur instrinsik yang terdapat pada puisi antara lain tema, amanat, nada, dan suasana” (Surana, 2001: 85). Secara singkat penulis menguraikan unsur-unsur instrinsik tersebut sebagai berikut:

A. Tema

Tema adalah pokok permasalahan yang menjadi pusat pembicaraan dalam puisi. Tema puisi pada umumnya dinyatakan secara tersirat. Meskipun sebuah puisi membicarakan banyak hal, semua yang dibicarakan itu harus menuju pada inti permasalahan atau memperkuat pokok permasalahan. Tema sebuah puisi dapat diketahui setelah kita membaca puisi tersebut.

B. Amanat

Amanat atau pesan adalah gagasan yang ingin disampaikan penyair kepada pembacanya. Sebagaimana tema, amanat pun dapat diketahui setelah seseorang membaca puisi secara utuh. Memahami makna utuh sebuah puisi tidaklah mudah. Hanya penyair sendiri yang tahu persis makna puisi yang dibuatnya. Adapun orang lain sebagai pembaca hanya dapat menafsirkan sesuai dengan pemahamannya.

C. Nada

Nada adalah gaya pengungkapan seorang penyair yang menggambarkan sikap, pandangan, gagasan, atau suasana hatinya seperti terlihat pada bahasa yang dipergunakannya. Nada sebuah puisi ada yang dinyatakan secara jelas, tetapi tidak sedikit yang dinyatakan dengan samar.

D. Suasana

Suasana adalah pelukisan suatu keadaan oleh seorang pengarang sehingga menimbulkan kesan dari suasana yang dapat ditangkap oleh pembaca. Suasana itu tercipta karena kecermatan penyair memilih kata-kata yang digunakan (diksi) dan plastik bahasa (majas) yang mendukung pelukisan sebuah suasana.

2.4 Keterampilan Produktif

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas (Moeliono, 1989: 935). Sedangkan produktif bermakna banyak menghasilkan (Moeliono, 1989: 702). Jadi keterampilan produktif dapat diartikan sebagai kecakapan untuk menghasilkan sesuatu secara banyak. Dalam konteks pembelajaran puisi, siswa didorong untuk dapat mengungkapkan ide dan perasaannya ke dalam bentuk puisi sehingga bisa dinikmati dan ditangkap pesannya oleh orang lain.

Keterampilan produktif merupakan keterampilan lanjutan setelah siswa memiliki keterampilan reseptif atau keterampilan untuk mengapresiasi sebuah karya puisi. Sebelum siswa mampu menghasilkan sebuah karya puisi, siswa harus memiliki kemampuan mengapresiasi karya orang lain dengan baik agar dapat merasakan keindahan, kegembiraan, kesedihan, keharuan, bahkan keinsyafan kepada Tuhan, dan dapat mengambil amanat dari puisi yang telah dibacanya untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, akan timbul kesadaran bahwa puisi adalah sebuah sarana komunikasi dan berekspresi yang mampu menyampaikan apapun kepada siapapun dengan bahasa dan jiwa yang halus.

BAB III

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA LAGU

3.1 Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Media Lagu

Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembelajaran menulis puisi melalui media lagu dengan pendekatan kontekstual. Langkah-langkah sederhana yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

A. Tahap Persiapan

Langkah-langkah persiapan meliputi:

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2) Menentukan lagu yang akan dipergunakan sebagai media pembelajaran.

Lagu yang dipakai sebagai media pembelajaran haruslah lagu yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, terkenal, dan lagu favorit siswa, sehingga siswa menjadi lebih antusias dalam belajar.

2) Guru menganalisis syair lagu berdasarkan rima, gaya bahasa, dan diksi sebagai pedoman pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Contoh:

Hapus Aku

Nidji

Tuliskan kepedihan

semua tak bisa kau ungkapkan

dan kita kan bicara dengan hatiku

Buang semua puisi antara kita berdua

Kau bunuh dia sesuatu yang ku sebut itu cinta

Yakinkan aku Tuhan dia bukan milikku

Biarkan waktu, waktu, hapus aku

Sadarkan aku Tuhan dia bukan milikku

Biarkan waktu, waktu, hapus aku

3) Mempersiapkan kaset lagu tersebut untuk dibawa dan diperdengarkan kepada siswa di dalam kelas.

3) Merencanakan pembagian siswa ke dalam beberapa kelompok dengan jumlah yang ideal untuk masing-masing kelompok.

B. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

Pada dasarnya tahap pelaksanaan pembelajaran adalah implementasi nyata dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun. Langkah-langkah tersebut penulis jelaskan sebagai berikut:

1) Pada tahap ini guru membuka pembelajaran seperti biasa dan menggiring siswa pada materi yang akan diajarkan.

2) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok sebagaimana yang telah direncanakan dalam tahap persiapan

3) Siswa diajak untuk menikmati lagu Hapus Aku setelah terlebih dahulu mendapatkan penjelasan bahwa setiap anggota kelompok bertugas menyimak dan menuliskan bait tertentu yang telah ditentukan sebelumnya lalu digabungkan menjadi sebuah syair lagu yang utuh (Learning Community).

Tahap ini sesuai dengan karakteristik CTL yakni learning in a group melalui belajar kelompok dan learning as an enjoy activity dengan mendengarkan lagu yang mereka senangi.

4) Siswa diajak bernyanyi bersama sambil membaca kembali syair lagu yang berhasil ditulisnya. Pada langkah ini siswa memiliki kesempatan untuk menyempurnakan syair lagu yang kurang tepat dan melengkapi kata-kata yang belum sempat ditulis.

Tahap ini sesuai dengan karakteristik CTL yakni learning as an enjoy aktivity melalui kegiatan bernyanyi.

5) Siswa secara kelompok mengidentifikasi diksi dan menentukan jenis rima serta gaya bahasa yang dipergunakan dalam lagu itu (Learning Community dan Inquiry).

Tahap ini sesuai dengan karakteristrik CTL yakni learning in a group melalui belajar kelompok, learning by doing dengan mempelajari teori tentang puisi melalui syair lagu Hapus Aku , dan learning to know each other deeply melalui kerja sama dan saling memahami antaranggota kelompok dalam memecahkan permasalahan.

6) Siswa diajak ke luar kelas. Siswa diberi kebebasan untuk memilih tempat yang nyaman (dalam radius yang telah ditentukan) untuk melakukan pembuatan puisi dengan menggunakan diksi, rima, dan gaya bahasa sebagaimana yang telah ditemukannya dalam lagu Hapus Aku (Constructivism).

Tahap ini sesuai dengan karakteristik CTL yakni learning in real life setting melalui pemilihan sawah sebagai setting belajar yang alami dan learning by doing melalui kegiatan produktif membuat puisi.

7) Siswa kembali ke kelas dan guru menugasi beberapa siswa untuk membaca-kan karya puisinya (Modelling) dan siswa lain bertugas memberi tanggapan atau pertanyaan. Tanggapan atau pertanyaan yang diberikan teman sekelas merupakan bahan untuk melakukan penyuntingan. (Questioning).

Tahap ini sesuai dengan karakteristik CTL yakni learning by doing melalui kegiatan membaca puisi dan learning to ask, to inquiri, to work together melalui kegiatan tanya jawab untuk mengumpulkan bahan penyuntingan puisi.

8) Siswa dan guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran hari itu, berupa perumusan kesimpulan, kesan siswa, atau pemberian masukan-masukan sebagai bahan perbaikan pembelajaran (Reflection).

9) Guru melakukan penilaian performance ketika siswa membaca puisi dan penilaian terhadap hasil karya siswa. Pada kesempatan itu, guru memberikan komentar-komentar atau catatan-catatan penting baik berupa saran maupun berupa reward yang dapat membangkitkan motivasi siswa (Authentic Assessment).

Langkah-langkah sederhana tersebut dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tersebut penulis susun sebagi berikut:

Sekolah : SMA Negeri 1 Citeureup

Mata Pelajaran : Sastra Indonesia

Kelas/Program/Semester : XI/Bahasa/1

Standar Kompetensi : Mengungkapkan pengalaman dalam puisi, cerita pendek, dan drama.

Kompetensi Dasar : 4.1 Menulis puisi berdasarkan pengalaman

Indikator : 1. Mengekspresikan perasaan dalam bentuk puisi dengan menggunakan diksi, majas, rima, dan irama yang disesuaikan dengan bentuk dan isi puisi.

2. Menuliskan puisi berdasarkan objek atau pengalaman.

3. Menyunting puisi

Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran

A. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa dapat menentukan jenis rima dalam lagu Hapus Aku.

2. Siswa dapat menentukan jenis majas dalam lagu Hapus Aku.

3. Siswa dapat menunjukkan diksi yang sesuai dalam lagu Hapus Aku.

4. Siswa dapat menulis puisi berdasarkan pengalamannya.

5. Siswa dapat menyunting puisi yang telah dibuatnya.

B. Materi Pembelajaran

- Syair lagu Hapus Aku karya Nidji.

Hapus Aku

Nidji

Tuliskan kepedihan

semua tak bisa kau ungkapkan

dan kita kan bicara dengan hatiku

Buang semua puisi antara kita berdua

Kau bunuh dia sesuatu yang ku sebut itu cinta

Yakinkan aku Tuhan dia bukan milikku

Biarkan waktu, waktu, hapus aku

Sadarkan aku Tuhan dia bukan milikku

Biarkan waktu, waktu, hapus aku

C. Metode Pembelajaran

- Diskusi Kelompok

- Tanya jawab

- Penugasan

D. Langkah-Langkah Pembelajaran

1) Pendahuluan

- Guru memotivasi siswa

- Guru mengkondisikan siswa, membentuk kelompok

2) Kegiatan Inti

a. Siswa diajak untuk menikmati lagu Hapus Aku setelah terlebih dahulu mendapatkan penjelasan bahwa setiap anggota kelompok bertugas menyimak dan menuliskan bait tertentu yang telah ditentukan sebelumnya lalu digabungkan menjadi sebuah syair lagu yang utuh (Learning Community).

b. Siswa diajak bernyanyi bersama sambil membaca kembali syair lagu yang berhasil ditulisnya. Pada langkah ini siswa memiliki kesempatan untuk

menyempurnakan syair lagu yang kurang tepat dan melengkapi kata-kata yang belum sempat ditulis (Learning Community).

c. Siswa secara kelompok mengidentifikasi diksi, menentukan jenis rima, serta gaya bahasa yang dipergunakan dalam lagu itu (Learning Community dan Inquiry).

d. Siswa diajak ke luar kelas. Siswa diberi kebebasan untuk memilih tempat yang nyaman (dalam radius yang telah ditentukan) untuk melakukan pembuatan puisi dengan menggunakan diksi, rima, dan gaya bahasa sebagaimana yang telah ditemukannya dalam lagu Hapus Aku (Constructivism).

e. Siswa kembali ke kelas dan guru menugasi beberapa siswa untuk membacakan karya puisinya (Modelling) dan siswa lain bertugas memberi tanggapan atau pertanyaan yang sesuai dengan puisi. Tanggapan atau pertanyaan yang diberikan teman sekelas merupakan bahan untuk melakukan penyuntingan (Questioning).

3) Penutup

a. Siswa dan guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran hari ini (Reflection).

b. Siswa ditugasi melakukan penyuntingan terhadap karya puisinya sebelum dikumpulkan kepada guru.

E. Sumber dan Media Pembelajaran

Sumber : Pengantar Sastra Indonesia

Media : Kaset/CD, tape recorder/CD player.

F. Penilaian

Penilaian dilakukan terhadap hasil kerja yaitu puisi karya siswa dan performance yaitu pembacaan puisi yang dilakukan siswa (Authentic Assessment).

Penilaian terhadap karya siswa menggunakan rubrik penilaian sebagai berikut:

RUBRIK PENILAIAN PUISI HASIL KARYA SISWA

KELAS XI PROGRAM BAHASA

No

Nama Siswa

Aspek Penilaian

Jumlah Skor

Nilai

Rima

( 0 – 30)

Diksi

(0 – 30)

Majas

(0 30)

Kerapian

(0 – 10)

1

Andri Ruth Gullith

2

Alvi Nur R.

3

Ari Mulyati

4

Fenny R.

5

Irsalina

6

Itha A.

7

Leli Fajriah

8

Mery Tri Hartanti

9

Mochamad Irsadi

10

Nyai Hidayati

11

Pujiarti

12

Resty Mulyani

13

Rista Priyadini

14

Syamsul Ridwan

Sedangkan penilaian performansi siswa dalam membacakan puisi dilakukan dengan menggunakan rubrik penilaian sebagai berikut:

RUBRIK PENILAIAN PERFORMANSI PEMBACAAN PUISI

SISWA KELAS XI PROGRAM BAHASA

No

Nama Siswa

Aspek Penilaian

Jumlah Skor

Nilai

intonasi

(0 – 30)

lafal

(0 – 30)

Mimik

(0 – 20)

Panto-

mimik

(0 – 20)

1

Andri Ruth Gullith

2

Alvi Nur R.

3

Ari Mulyati

4

Fenny R.

5

Irsalina

6

Itha A.

7

Leli Fajriah

8

Mery Tri Hartanti

9

Mochamad Irsadi

10

Nyai Hidayati

11

Pujiarti

12

Resty Mulyani

13

Rista Priyadini

14

Syamsul Ridwan

Langkah-langkah pembelajaran yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran di atas penulis susun dengan memperhatikan tujuh pilar Contectual Teaching Learning, sehingga proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus mencerminkan Pendekatan Kontekstual sebagaimana yang dimaksud dalam tulisan ini.

3.2 Keunggulan Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Media Lagu dengan pendekatan Kontekstual

Beberapa keunggulan Pembelajaran menulis puisi melalui media lagu dengan pendekatan kontekstual yang penulis rasakan adalah sebagai berikut:

1) Mengajar terasa lebih mudah dan lebih bermakna;

2) Siswa belajar dalam situasi yang menyenangkan tanpa rasa takut;

3) Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran;

4) Siswa menjadi terbiasa belajar dalam sebuah masyarakat belajar;

5) Siswa dapat menulis puisi dengan lepas di lingkungan atau di tempat yang diinginkannya.

6) Kemampuan produktif siswa dalam membuat puisi lahir karena pemahaman bukan karena latihan;

7) Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata;

8) Pembelajaran berlangsung dengan mengaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa;

9) Pembelajaran berlangsung tidak membosankan karena banyak variasi yang dikembangkan baik di dalam maupun di luar kelas.

10) Lagu cukup efektif sebagai media awal pembelajaran puisi, khususnya pembelajaran menulis puisi.

11) Lagu berperan luar biasa dalam menciptakan suasana menyenangkan;

12) Lagu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.

Keunggulan pendekatan kontekstual di atas jika dibandingkan dengan pendekatan tradisional, dapat penulis sajikan dalam bentuk tabel di bawah ini:

No

Pendekatan Kontekstual

Pendekatan Tradisional

1

Mengajar terasa lebih mudah dan lebih bermakna

Mengajar relatif lebih sulit dan kurang bermakna

2

Siswa belajar dalam situasi yang menyenangkan tanpa rasa takut

Siswa belajar dalam situasi yang membosankan

3

Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran

Siswa secara pasif menerima informasi

4

Siswa menjadi terbiasa belajar dalam sebuah masyarakat belajar

Siswa belajar secara individual

5

Siswa dapat menulis puisi dengan lepas di lingkungan atau di tempat yang diinginkannya.

Siswa dapat menulis puisi hanya di dalam kelas (pembelajaran berlangsung hanya di dalam kelas)

6

Kemampuan produktif siswa dalam membuat puisi lahir karena pemahaman bukan karena latihan

Kemampuan produktif siswa dalam membuat puisi karena proses latihan.

7

Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata

Pembelajaran sangat abstrak dan teoretis

8

Pembelajaran berlangsung dengan mengaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

Pembelajaran berlangsung hanya dengan menumpuk informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan

9

Pembelajaran berlangsung tidak membosankan karena banyak variasi yang dikembangkan baik di dalam maupun di luar kelas

Pembelajaran monoton dan setting belajar hanya di dalam kelas.

10

Lagu cukup efektif sebagai media awal pembelajaran puisi, khususnya pembelajaran menulis puisi

Lagu tidak pernah dipakai sebagai media pembelajaran puisi

11

Lagu berperan luar biasa dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

Lagu tidak pernah digunakan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

12

Lagu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa

Lagu tidak pernah berperan sebagai pembangkit motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran

3.3 Kendala-Kendala Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Media Lagu dengan pendekatan Kontekstual di SMA Negeri 1 Citeureup

Beberapa kendala yang penulis hadapi ketika melaksanakan pembelajaran menulis puisi melalui media lagu di kelas XI program Bahasa SMA Negeri 1 Citeureup dengan menggunakan pendekatan kontekstual, diantaranya adalah kendala kurang tersedianya sarana pembelajaran. Misalnya, belum adanya laboratorium bahasa, atau ruang audio visual, dan kurang memadainya alat-alat bantu belajar. Bahkan tape recorder pun kurang memadai baik dari segi jumlah maupun kualitas sehingga tape recorder yang akan digunakan dalam pembelajaran harus disediakan oleh guru sendiri.

Walaupun demikian, keterbatasan sarana dan prasarana bukanlah alasan tidak terciptanya suasana pembelajaran yang bermakna, kreatif, dan inovatif. Oleh karena itu, penulis berupaya sedapat mungkin memanfaatkan fasilitas dan segenap potensi yang serba terbatas untuk tetap melaksanakan pembelajaran sebagaimana mestinya.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan paparan di atas, penulis dapat memberikan simpulan penulisan sebagai berikut:

1) Penerapan Pendekatan Kontekstual sangat efektif diterapkan dalam pembelajaran menulis puisi melalui media lagu karena dapat merangsang siswa belajar secara aktif baik secara individu maupun dalam kelompok dalam suasana yang menarik dan menyenangkan.

2) Penerapan Pendekatan Kontekstual mampu menciptakan kegiatan belajar meng-ajar yang bermakna, sehingga dapat mendorong terciptanya kemampuan produktif siswa dalam menulis puisi.

3) Lagu cukup efektif menciptakan suasan yang menyenangkan dalam menum-buhkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran menulis puisi.

4.2 Saran

Ada beberapa saran yang dapat penulis berikan berkaitan dengan pembahasan ini. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

1) Sebelum proses pembelajaran di kelas, sebaiknya guru menyiapkan rencana pembelajaran yang baik dan jelas agar kualitas proses dan hasil pembelajaran sesuai dengan harapan.

2) Guru harus dapat memilih lagu yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Lagu yang dipilih bisa merupakan lagu yang terkenal dan lagu favorit siswa, sehingga siswa menjadi lebih antusias dalam proses pembelajaran.

3) Seorang guru hendaknya dapat memilih pendekatan mengajar dan media pembelajaran yang paling tepat untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Aminnudin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Djupriyanto dkk. 1992. Pelajaran Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia SMA. Surabaya: Kendang Sari.

Johnson. Elaine B. 2006. Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC

Moelyono, Anton. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1990. Pengkajian Puisi. Yugyakarta: Gajah Mada University Press.

Pusat Pengembangan Kurikulum Kementrian Pendidikan Malaysia. Pembelajaran secara Kontekstual. httpmyschoolnet. ppk.kpm.

Sakdiyah, Mislinatul. 2002. Galeri Esai, Menggauli Puisi Lewat Lagu. www. cybersastra.net.

Suherli. 2006. Konsep Dasar dan Karakteristik Pembelajaran Bahasa. Bandung: LPMP.

Surana, 2001. Pengantar Sastra Indonesia. Solo: Tiga Serangkai.

Lampiran 1: Teks Lagu Hapus Aku

Hapus Aku

Nidji

Tuliskan kepedihan

semua tak bisa kau ungkapkan

dan kita kan bicara dengan hatiku

Buang semua puisi antara kita berdua

Kau bunuh dia sesuatu yang ku sebut itu cinta

Yakinkan aku Tuhan dia bukan milikku

Biarkan waktu, waktu, hapus aku

Sadarkan aku Tuhan dia bukan milikku

Biarkan waktu, waktu, hapus aku

Lampiran 2: Hasil Belajar Siswa dalam Kelompok

Lampiran 3: Hasil Belajar Siswa dalam Membuat Puisi

Tidak ada komentar:

Lagu The NexT - Shofie

The Next Band