Selasa, 30 Desember 2008

KEMAMPUAN MEMBUKA PELAJARAN

KEMAMPUAN MEMBUKA PELAJARAN

MENENTUKAN KEBERHASILAN BELAJAR MENGAJAR

A. Latar Belakang

Peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan merupakan tantangan yang harus dihadapi sebagai konsekuensi logis dari implementasi UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang sebentar lagi PP Guru nya akan disahkan, maupun tuntutan kompetensi di lapangan yang berkembang terus-menerus. Untuk itu, guru harus memiliki kompetensi sebagaimana yang diharapkan. Kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai tenaga pendidik adalah sebagai berikut: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional. Oleh karena itu, guru harus mengikuti berbagai perkembangan kemajuan ilmu pendidikan, memiliki kematangan emosional dan relasional yang harmonis, dan menguasai secara keilmuan materi dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa.

Jika dikaitkan dengan kemampuan mengajar, nampaknya kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional cenderung lebih dominan dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Akan tetapi tidak berarti tidak terkait dengan dua kompetensi lainnya, justru kita harus memandang bahwa keempat kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, melekat, dan harus direfleksikan oleg guru dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Untuk memperoleh kemampuan secara pedagogik dan profesional sangat diperlukan belajar yang berkesinambungan, kerja keras, dan latihan atau praktik mengajar secara spesifik dan komprehensif berdasarkan tuntutan dan kesulitan-kesulitan yang sedang dan akan dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran di dalam kelas.

Berbicara tentang kesulitan bagaikan membicarakan sesuatu yang tak berujung, sehingga setiap orang dapat dipastikan mengalami kesulitan sekecil apapun dalam hidupnya. Demikian pula ketika guru dalam mengajar pasti pada awalnya mengalami kesulitan tertentu dalam hal tertentu yang kemungkinan berbeda satu dengan lainnya. Salah satu kesulitan yang secara empiris saya alami adalah kesulitan membuka pelajaran (apersepsi) dalam kegiatan awal pembelajaran. Padahal kegiatan membuka pelajaran sangat menentukan keberlangsungan bahkan keberhasilan sebuah kegiatan belajar -mengajar. Pada tahap ini, akan terbangun motivasi belajar siswa, suasana pembelajaran yang akan menjadi iklim belajar, serta muncul tidaknya kesadaran tentang pentingnya mempelajari materi yang akan diajarkan yang dirangsang melalui sebuah apersepsi yang sistematis, logis, menarik, dan menyenangkan. Oleh karena itu, hendaknya guru jangan memandang remeh kemampuan membuka pelajaran.

B. Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis kemukakan rumusan masalah sebagai dasar ketertarikan penulis, yakni “Bagaimana langkah-langkah membuka pelajaran yang dapat menciptakan kesiapan siswa dalam belajar?”

C. Pembahasan Masalah

` Kegiatan membuka pelajaran disebut juga kegiatan pendahuluan yang dapat menciptakan suasana atau kondisi siap belajar sebelum memasuki tahap inti pembelajaran. Walaupun kegiatan ini diklasifikasikan ke dalam kegiatan pra-instructional, namun sangat menentukan keberlangsungan dan keberhasilan proses pembelajaran. Sekilas nampaknya kegiatan ini dianggap sangat sederhana, sehingga terkadang dibaikan oleh sebagaian guru. Kegiatan inti pembelajaran cenderung menjadi fokus perhatian dan lebih banyak menyita pemikiran yang tidak seimbang jika dibandingkan dengan tahap mengajar yang lain bahkan terkadang mengabaikan tahap pembelajaran yang lain. Oleh karena itu, kegiatan membuka pelajaran perlu dilatihkan, sehingga guru memiliki kemampuan profesional dalam membuka pembelajaran.

Pada hakikatnya kegiatan membuka pelajaran berisi kegiatan pengkondisian siswa (conditioning) dan apersepsi. Pengkondisian siswa bertujuan untuk menumbuhkan motivasi, menciptakan sikap yang mendidik, menciptakan kesiapan belajar, dan menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis. Sedangkan kegiatan apersepsi bertujuan untuk mengecek kehadiran siswa, mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang lalu, dan mengaitkannya dengan materi yang akan datang serta untuk menginformasikan kepada siswa tentang kegiatan-kegiatan (pengalaman) belajar yang haruis dilakukan oleh siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Untuk lebih jelasnya kegiatan-kegiatan tersebut akan penulis uraikan di bawah ini.

1. Pengkondisian Pembelajaran (conditioning)

Hal-hal yang yang termasuk ke dalam conditioning antara lain:

A. Menumbuhkan Perhatian dan Motivasi

Perhatian adalah kemampuan untuk memusatkan energi psikis terhadap suatu objek yang dihadapi. Sedangkan motivasi merupakan suatu energi pada diri setiap individu yang menggerakkan setiap individu untuk berprakarsa, beraktivitas, serta memelihara kesungguhan beraktivitas. Tinggi rendahnya motivasi seseorang memiliki hubungan yang erat dengan tingkat perhatiannya. Misalnya siswa akan memiliki perhatian yang tinggi terhadap materi tentang budi daya anggrek jika hal itu merupakan tuntutan yang nyata dalam kehidupannya.

Tuigas guru dalam tahap ini adalah bagaimana meyakinkan siswa bahwa materi yang akan dipelajari memiliki kegunaan dan akan sangat dibutuhkan oleh siswa, baik pada saat ini maupun pada masa yang akan datang.

B. Menciptakan Sikap yang Mendidik

Usaha menciptakan sikap dan nilai-nilai pendidikan kita sepakati harus dimulai dari tahap awal pembelajaran. Penanaman sikap dan nilai-nilai tersebut disadari atau tidak oleh guru sudah biasa dilakukan, misalnya melakukan kegiatan berdoa sebelum memulai kegiatan belajar. Selain itu penanaman sikap disiplin, kejujuran, ketaatan hendaknya disikapi oleh guru sesuai dengan kondisi yang berkembang saat membuka pelajaran.

C. Menciptakan Kesiapan Belajar

Kesiapan siswa dalam belajar (readiness) sangat menentukan efektivitas pembelajaran yang akan berlangsung. Dalam tahap ini guru harus memiliki keyakinan bahwa siswa telah memiliki kesiapan untuk belajar, baik kesiapan fisik, mental, intelegensi, dan pengalaman belajar yang telah dimiliki. Guru harus mampu mengondisikan bahwa siswa benar-benar siap untuk belajar, paling tidak harus mampu memfokuskan perhatian siswa terhadap situasi, kondisi, dan objek belajar yang akan dihadapi.

D. Menciptakan Suasana Belajar yang Demokratis

Pembelajaran demokratis adalah pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, kesamaan kesempatan belajar, dan memperhatikan keragaman peserta didik. Salah satu bentuk nyata suasan belajar demokratis adalah ketika guru mampu menghargai setiap pendapat siswa dengan menunjukkan respons positif serta mampu mendorong siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar pada tahap berikutnya, yaitu tahap inti pembelajaran.

2. Melaksanakan Apersepsi

Kegiatan-kegiatan yang termasuk kedalam kegiatan apersepsi antara lain:

A. Mengecek Kehadiran Siswa

Fungsi kegiatan ini yang paling nyata adalah untuk menanamkan sikap disiplin siswa dalam melaksanakan kegiatan. Implementasi dari kedisiplinan ini sangat berpengaruh terhadap pengalaman belajar siswa, semakin disiplin siswa dengan rajin masuk sekolah dan mengikuti kegiatan belajar-mengajar, akan semakin banyak pengalaman belajar siswa, begitu pula sebaliknya. Selain itu, tahap ini akan menjadi bukti secara administrasi bahwa guru telah melakukan pembelajaran pada waktu tertentu.

B. Mengecek Pemahaman Siswa

Guru melakukan pengecekan terhadap pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah dan akan dipelajarinya. Sehingga guru dapat mengkontruksi pengetahuan siswa sejalan dengan pengalaman yang telah dimilikinya. Salah satu bentuk kegiatan yang bisa dilakukan guru pada tahap ini adalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat dan memberikan respons terhadap materi yang akan dipelajarinya.

C. Menyampaikan Tujuan/Kompetensi yanga kan Dicapai

Kegiatan ini dimaksudkan agar dari awal siswa terkondisi dan mengetahui tujuan belajar apa saja yang harus dicapainya atau dikuasainya, sehingga siswa dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi dan dialami selama proses pembelajaran. Kegiatan ini juga secara inplisit dapat memberikan gambaran kepada siswa tentang langkah-langkah atau pengalaman belajar yang akan ditempuh guru dan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.

D. Mengaitkan Pembelajaran dengan Pengalaman Belajar yang Dimiliki Siswa

Biasanya guru kurang memiliki variasi dan inovasi dalam hal memulai pelajaran. Umumnya guru langsung mengarah pada materi yang akan disampaikan. Padahal banyak cara yang menarik, variatif, dan menyenangkan yang dapat dilakukan oleh guru ketika akan memulai kegiatan inti, sehingga siswa akan lebih terkondisi dan lebih tertarik belajar dalam suasana yang penuh dengan kesadaran, tanpa paksaan dan dalam suasana yang tidak menegangkan.

Contoh empiris ketika akan memulai mengajar dapat dilakukan dengan menyanyikan atau mendengarkan lagu, membacakan puisi, bercerita atau mendengarkan cerita (pendek), membahas cerita anak yang ditayangkan televisi, merfleksi kejadian-kejadian yang aktual, dan lain-lain yang memiliki kesesuaian tema dengan materi pelajaran baik secara individu maupun secara berkelompok. Lalu melakukan pembahasan secara global kemudian secara bertahap menghubungkannya dengan materi yang akan disampaikan. Jadi sebelum siswa masuk pada kegiatan inti belajar-mengajar, siswa dikondisikan untuk mendapatkan suasana yang menyenangkan, sehingga belajar tidak selalu identik dengan ketegangan. Siswa menjadi lebih santai, yang pada akhirnya diharapkan siswa dapat depat menyerap pelajaran dengan sangat baik.

Hal tersebut ternyata sangat efektif dalam menciptakan pembelajaran yang efektif, kreatif, dan bermakna.

D. Simpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ternyata guru tidak hanya harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegiatan inti pembelajaran tetapi juga harus mampu melaksanakan kegiatan membuka pelajaran dengan sebaik mungkin, penuh inovasi, dan kreatif, dengan pemaham bahwa kegiatan membuka pelajaran merupakan rangkaian yang sangat menentukan dan tidak bisa dipisahkan dengan tahap mengajar yang lain. Selain itu, ternyata kemampuan guru dalam membuka pelajaran dapat menentukan tingkat keberhasilan langkah mengajar berikutnya. Oleh karena itu keterampilan membuka pelajaran harus terus ditingkatkan dengan menggunakan berbagai alternatif dan variasi yang lebih efektif dan sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang tengah dihadapi, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar-mengajar secara signifikan.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Kang hatur nuhun tulisan nana.
Mudah-mudahan bisa membantu saya dalam melaksanakan tugas mengajar

wass.

Yayan, S.Pd
Guru B. Indonesia SMA Citra Nusa
Cibinong Bogor

Lagu The NexT - Shofie

The Next Band