Selasa, 17 Februari 2009

Penggunaan Media Pembelajaran sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA


A. Latar Belakang

Proses belajar-mengajar atau proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantar para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun social agar dapat hidup mandiri sebagai individu maupun makhluk social. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pembelajaran. Lingkungan mencakup tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, metodologi pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Unsur-unsur tersebut dikenal dengan sebutan komponen-komponen pembelajaran.

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa yang menjurus kearah terjadinya proses belajar. Ada beberapa faktor pertimbangan sebuah media digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain: (a). Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran. (b). Dukungan terhadap bahan pembelajaran. (c). Kemudahan memperoleh media. (d). Keterampilan dalam menggunakannya.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa peranan media dalam proses pembelajaran dapat ditempatkan sebagai berikut: (a). Alat untuk memperjelas bahan pembelajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini, media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pembelajaran. (b). Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji legih lanjut dan dipecahkan oleh para peserta didik dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau simulasi belajar siswa. (c). Sumber belajar bagi siswa. Artinya media tersebut adalah bahan-bahan yang harus dipelajari para peserta didik baik individual maupun kelompok. Dengan demikian, akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.
Walaupun demikian, kunci sukses pengajaran bukan terletak pada kecanggihan kurikulum atau kelengkapan fasilitas sekolah, melainkan bagaimana kredibilitas seorang guru dalam mengatur dan memanfaatkan mediator yang ada di dalam kelas.

B. Masalah

Realita bahwa guru sering mengalami kesulitan dalam menjelaskan suatu meteri pelajaran kepada murid adalah hal yang tidak bisa dipungkiri. Namun kenyataannya, guru jarang menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu agar hasil belajar-mengajar lebih meningkat. Oleh karena itu, saya sangat tertarik untuk mendeskripsikan Bagaimana pentingnya media pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil-belajar mengajar?

C. Pembahasan Masalah

Dalam praktik mengajar sehari-hari penggunaan media pembelajaran oleh guru adalah hal yang jarang bahkan sangat jarang dilakukan. Ada beberapa alasan logis yang bisa saya kemukakan pada kesempatan ini, antara lain sebagai berikut:

Pertama, menggunakan media itu repot. Mengajar dengan mengguna-kan media perlu persiapan. Apalagi kalau media itu semacam OHP atau video. Perlu listrik lagi. Guru sudah repot dengan menulis persiapan mengajar. Jadwal padat, urusan di rumah dan lain-lain. Boro-boro sempat memikirkan media. Demikian kurang lebih alasan yang sering dikemukakan para guru. Padahal kalau sedikit saja mau berpikir dari aspek lain, bahwa dengan media pembelajaran akan lebih efektif, maka alasan repot itu akan hilang. Pikirkanlah bahwa dengan sedikit repot, tapi mendapatkan hasil optimal. Media juga relatif awet, sekali menyiapkan dapat dipakai beberapa kali sajian. Selanjutnya tidak repot lagi.

Kedua, media itu canggih dan mahal. Tidak selalu media itu harus canggih dan mahal. Nilai penting dari sebuah media bukan terletak pada kecanggihannya (apalagi harganya yang mahal) namun terletak pada efektivitas dan efisiensinya dalam membantu proses pembelajaran. Banyak media sederhana yang dapat dikembangkan sendiri oleh guru dengan harga murah. Kalaupun dibutuhkan media canggih semacam audio visual atau multimedia, itu cost-nya akan menjadi murah apabila dapat digunakan oleh lebih banyak siswa.

Ketiga, tidak bisa. Demam teknologi ternyata menyerang sebagian dari guru kita. Ada beberapa guru yang “takut” dengan peralatan elektronik, takut kesetrum, takut salah pijit. Alasan ini menjadi lebih parah kalau ditambah dengan takut rusak, sehingga media audio visual sejak beli baru tetap tersimpan rapih di ruang kepala sekolah. Sebenarnya, dengan sedikit latihan dan mengubah sikap bahwa media itu mudah dan menyenangkan, maka se- lgala sesuatunya akan berubah.
Keempat, media itu hiburan sedangkan belajar itu serius. Alasan ini jarang ditemui, namun ada. Menurut pendapat orang-orang terdahulu belajar itu sesuatu yang serius. Belajar harus mengerutkan dahi. Media itu identik dengan hiburan. Hiburan adalah hal yang berbeda dengan belajar. Tidak mungkin belajar sambil santai. Ini memang pendapat orang-orang zaman dulu. Paradigma belajar kini sudah berubah. Kalau bisa dilakukan dengan menyenangkan, mengapa harus dengan menderita. Kalau bisa dilakukan dengan mudah, mengapa harus menyusahkan diri?

Kelima, tidak tersedia. Tidak tersedia media di sekolah, mungkin ini adalah alasan yang masuk akal. Tapi seorang guru tidak boleh menyerah begitu saja. Ia adalah seorang profesional yang harus penuh inisiatif. Seperti telah disebutkan di atas, media tidak harus selalu canggih, namun dapat juga dikembangkan sendiri oleh guru. Namun demikian, dalam hal ini pimpinan sekolah juga hendaklah cepat tanggap. Jangan biarkan suasana kelas itu gersang, hanya ada papan tulis dan kapur.

Keenam, kebiasaan menikmati bicara. Berbicara itu memang nikmat. Ini kebiasaan yang sulit diubah. Seorang guru cenderung mengikuti cara gurunya dahulu. Mengajar dengan mengkitalkan verbal lebih mudah, tidak memerlukan persiapan yang banyak, jadi lebih enak untuk guru. Namun yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran adalah kepentingan murid yang belajar, bukan kepuasan guru

Sejauhmana pentingnya media dalam upaya meningkatkan hasil belajar-mengajar? Pertanyaan tersebut akan saya coba jawab melalui ilustrasi di bawah ini:

Misalnya, ketika kita ingin menjelaskan tentang seekor binatang yang disebut gajah kepada siswa SD kelas awal. Atau kita ingin menjelaskan tentang kereta api kepada murid kita yang berada di Kalimantan, Irian, atau di tempat lain yang tidak ada kereta api. Atau kita ingin menjelaskan tentang apa itu pasar terapung. Ada beberapa cara yang mungkin kita lakukan.

Cara pertama, kita akan bercerita tentang gajah, kereta api, atau pasar terapung. Kita bisa bercerita mungkin karena pengalaman, membaca buku, cerita orang lain, atau pernah melihat gambar ketiga objek itu. Apabila murid kita tersebut sama sekali belum tahu, belum pernah melihat dari televisi atau gambar di buku misalnya, maka betapa sulitnya kita menjelas hanya dengan kata-kata tentang objek tersebut. Kalau kita seorang yang ahli bercerita, tentu cerita kita akan sangat menarik bagi murid-murid. Namun tidak semua orang diberikan karunia kepkitaian bercerita. Penjelasan dengan kata-kata mungkin akan menghabiskan waktu yang lama, pemahaman murid juga berbeda sesuai dengan pengetahuan mereka sebelumnya, bahkan bukan tidak mungkin akan menimbulkan kesalahan persepsi.

Cara kedua, kita membawa murid studi wisata melihat objek itu. Cara ini merupakan yang paling efektif dibandingkan dengan cara lainnya. Namun berapa biaya yang harus ditanggung, dan berapa lama waktu diperlukan? Cara ini walaupun efektif tapi tidak efisien. Tidak mungkin untuk belajar semua orang harus mengalami segala sesuatu.

Cara ketiga, kita membawa gambar, foto, film, video tentang objek tersebut. Cara ini akan sangat membantu kita dalam memberikan penjelasan. Selain menghemat kata-kata, menghemat waktu, penjelasan kitapun akan lebih mudah dimengerti oleh murid, menarik, membangkitkan motivasi belajar, menghilangkan kesalahan pemahaman, serta informasi yang kita sampaikan menjadi konsisten.

Ketiga cara di atas dapat saya katakan sebagai berikut: cara pertama sebagai informasi verbal, cara kedua berupa pengalaman nyata, sedangkan cara ketiga informasi melalui media. Di antara ketiga cara tersebut, cara ketiga adalah cara yang paling bijaksana dilakukan. Media kita perlukan agar pembelajaran lebih efektif dan efisien.

Ilustrasi di atas cukup kiranya menggambarkan betapa pentingnya media pembelajaran bagi guru untuk mengkonkretkan pemahaman siswa tentang sesuatu yang dipelajarinya, sehingga dapat membantu guru dan siswa belajar secara kontekstual bukan sekedar belajar dengan membayangkan. Sehingga Untuk memperkenalkan gajah, tidak harus membawa siswa ke habitat gajah secara langsung.

Jadi jelaslah media pembelajaran sangat menentukan keberhasilan belajar-mengajar. Melalui media pembelajaran siswa akan memperoleh pemahaman yang konkret tentang sesuatu yang sedang dipelajarinya. Hal tersebut sangat penting untuk menghindari terjadinya salah persepsi dalam memahami sesuatu. Selain itu, penggunaan media pembelajaran dapat menghemat waktu dan biaya pembelajaran, dengan kata lain penggunaan media dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efesien.

Beberapa paradigma guru tentang media pembelajaran yang telah saya paparkan di atas, memang sangat faktual. Namun hendaknya guru dapat merubah paradigma tersebut dengan memperhatikan perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat. Paradigma bahwa menggunakan media itu menjadi repot, mahal, dan sebagainya harus diubah total. Guru dapat menentukan media pembelajaran secara bebas dan semurah-murahnya dalam membantu meningkatkan sekaligus mempercepat pemahaman siswa terhadap sesuatu.

Guru dapat memanfaat benda atau pun hewan yang ada dilingkungan siswa sebagai media langsung pembelajaran. Jika tidak memungkinkan guru cukup membawa gambar, poster, lukisan atau apapun jika media video atau film tidak tersedia. Bahkan guru dapat menggunakan lagu yang sesuai dengan materi yang disampaikan sebagai media pembelajaran. Penggunaan media dalam sebuah pembelajaran sangat penting dalam upaya menciptakan pembelajaran yang kontekstual, pembelajaran yang nyata, sehingga siswa memiliki pemahaman yang utuh tentang materi yang sedang dipelajarinya. Terutama bagi siswa Sekolah Dasar kelas rendah, suasana nyata dalam belajar sangat menentukan pemahaman mereka dalam mempelajari sesuatu, sebab kemampuan berpikir abstrak siswa Sekolah Dasar kelas rendah masih sangat rendah. Oleh karena itu, media bagi mereka adalah jembatan yang sangat membantu untuk memperoleh pemahaman konkret dari sesuatu yang tak mampu dilukiskan melalui kata-kata oleh seorang guru di dalam kelas.

Media yang murah dan gampang sebenarnya banyak terdapat di lingkungan kita misalnya yang belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran. Misalnya, media lagu, koran, majalah, radio, televisi, film, foto, lukisan, cerita bergambar, komik dan lain-lain. Biasanya guru kurang inovatif dan variatif dalam memanfaatkan hal-hal tersebut, padahal sangat mudah kita dapat menemukan benda-benda tersebut yang selanjutnya bisa digunakan, dimodifikasi, atau bahkan dikembangkan menjadi media pembelajaran efektif.

Salah satu contoh media yang disukai anak dan dapat dugunakan penggunaan media cergam atau cerita bergambar. Cergam dapat kita gunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam mengajarkan keterampilan menulis di Sekolah Dasar.

Pembelajaran keterampilan menulis memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah ketrampilan menulis karangan. Dalam pembelajaran menulis, diharapkan siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat karangan namun juga diperlukan kecermatan untuk membuat argumen, memiliki kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara membuat karangan yang menarik untuk dibaca. Di antaranya mereka harus dapat menyusun dan menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain sehingga menjadi karangan yang utuh.

Berdasarkan hasil penelitian, secara umum cergam sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa dalam pembelajaran menulis. Secara khusus, penggunaan cergam sebagai media adalah sebagai berikut: (1) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun cerita berdasarkan rangkaian gambar secara urut sehingga menjadi karangan narasi yang utuh, (2) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memadukan kalimat menjadi karangan narasi yang padu dengan menggunakan kata sambung yang tepat, dan (3) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan dan tanda baca secara benar dalam karangan narasi

D. Simpulan

Berdasarkan uraian-uraian di atas, peran media sangat menentukan keaktifan dan respons siswa dalam belajar yang pada akhirnya dapat menentukan keberhasilan guru dalam mengajar dan keberhasilan siswa dalam belajar. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi agar dapat mengoptimalkan berbagai potensi diri, lingkungan, dan ketersediaan teknologi sebagai media menyampaikan materi pelajaran.

Hal lain yang tak kalah penting adalah yang harus dimiliki guru berkaitan dengan hal ini adalah keinginan untuk meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi dan multimedia, sehingga guru tidak hanya bisa menggunakan media pembelajaran tapi lebih jauh dapat mengembangkan media yang ada sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan nyata yang dihadapi dalam pembelajaran. Dengan kata lain, guru hendaknya tidak gagap teknologi walaupun kondisi realistis guru dihadapkan pada berbagai keterbatasan.

Tidak ada komentar:

Lagu The NexT - Shofie

The Next Band